“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan keyakinan teguh bahwa apapun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahwa: “Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dan rezeki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (QS 65:2-3)
[Futuuhul Ghaib, Risalah 29]
Ada tiga hal, yang akhir-akhir ini sering terlintas dalam benak saya, suatu realitas di kehidupan, yang saya saksikan dalam perjalanan hidup saya akhir-akhir ini,
Pertama, Sudah satu Bulan ini, saya mukim di satu tempat di bandung, bersebelahan dengan Sebuah Panti Asuhan Yatim Piatu di Bandung. Anak-anak yatim piatu ini setiap menjelang Maghrib mereka melantunkan ayat-ayat suci Al Qur’an dan sholawat nabi, dan ba’da Maghrib mereka mengaji bersama, begitu juga setelah shubuh, seringkali terdengar suara-suara anak-anak kecil yang bersahut-sahutan melantunkan hapalan Qur’an mereka. Siang harinya mereka bersekolah, seperti Umumnya kebanyakan anak-anak lain, bermain, belajar, mengaji…Dari raut wajah mereka yang begitu polos, yang kadang nongol di jendela kamar mereka, saya melihat mereka begitu tenang, tidak terlintas sedikit pun kekhawatiran bagi mereka, apakah mereka akan makan atau tidak hari itu, dipusingkan dengan tidak punya uang saku atau mainan baru yang mereka belum miliki. Mereka, kesehariannya hanya fokus beribadah, belajar dan tentunya mematuhi setiap aturan Panti Asuhan yang menaungi mereka.
Kedua, saya memiliki seorang sahabat sejak dari kecil, hingga saat ini. Ia yang terbilang sukses dalam kehidupan, karir dan perjalanan Rumah tangganya, memiliki istri yang cantik, anak yang Lucu, sebuah apartemen di jakarta dan rumah yang terbilang mewah di bandung. Sebuah pencapaian yang wajar, mengingat Ikhtiarnya yang begitu kuat dalam menjemput rejeki, dan dalam setiap telponnya ke saya, ada beberapa hal yang kadang dikeluhkan ketika ternyata, kesibukan yang luar biasa membuatnya jarang berkumpul dengan keluarga, kadangkala kelelahan juga mendera, membuatnya harus tergolek lemah karena sakit. Namun Alhamdulillah, saya salut dengan konsistensinya dalam berzakat dan bershodaqoh, terutama kepada beberapa anak asuh yatim piatunya.
Ketiga, Seorang sahabat lama saya di jogja, dua hari yang lalu ketika saya menelponnya, dengan rasa suka cita dan syukur ia bercerita kepada saya, bahwa sekarang ia sudah memiliki rumah sendiri dikampungnya Cibatu, Garut. Rumah yang dibangun dengan jerih payahnya, adalah idamannya beserta istri dan buah hatinya yang baru berumur 1,5 tahun. Dia adalah seorang sahabat saya, yang seringkali berdiskusi dengan saya, banyak sekali hikmah yang saya ambil dari perjalanan hidupnya. Profesinya sebagai Tukang Jasa Sol Sepatu Keliling, membuatnya begitu tawadhu, dan memiliki ikhtiar yang kuat dalam mencari nafkah bagi keluarganya, penghasilan yang tidak menentu setiap harinya, menguatkan tawakalnya kepada Allah. Setiap nasihat kehidupan dan perilakunya banyak mencerahkan saya.
Prolog yang panjang
Catatan ini, terkait dengan nasehat yang saya petik dari seseorang, beliau berkata bahwa mengenai Rejeki, Jodoh, Kelahiran, Kematian, adalah sesuatu yang tak mampu kita rubah, karena itu sudah ditetapkan oleh Allah, sebelum kita terlahir ke dunia ini, namun kedudukan kita di akhirat nanti, adalah sesuatu yang mampu kita upayakan, karena kita akan masuk surga APABILA…atau kita akan masuk Neraka APABILA…
Nah Kalimat APABILA, itulah yang saya renungkan dalam-dalam…dari satu hal saja yang saya tafakuri, tentang rejeki. Anak-anak yatim piatu, yang kesehariannya beribadah, mengaji, belajar, tidak punya orang tua, mereka tidak pernah kekuarangan sedikitpun kebutuhan hidupnya, makan tiga kali sehari, baju yang layak pakai, pendidikan yang cukup. Lalu, sahabat saya yang sukses kehidupan Duniawinya, begitu kuat ikhtiar dan dibarengi dengan zakat dan amal jariyah yang tidak terputus, sadar atau tidak ia sadari, Allah selalu menambah rejeki yang ia terima. Dan terakhir, sahabat saya yang Tukang Sol Sepatu, begitu tawadhu, ikhtiar yang kuat dan ketawakalannya dalam menjemput rejeki, selalu menempatkannya dalam kondisi yang cukup dan menjadikannya pribadi yang selalu bersyukur. Jadi perjalanan di dunia inilah yang mampu merubah kondisi kita di akhirat nanti. Bagaimana menjadikan dunia kita sebagai ladang Ibadah.
Tiga pelajaran Hidup, yang seharusnya menjadikan saya tidak lagi khawatir akan ketentuan yang sudah Allah gariskan untuk saya, tentang rejeki, jodoh, bahkan kematian sekalipun. karena Tugas sebagai seorang hamba, hanyalah beribadah, menaati semua perintahNYa, menjauhi semua laranganNYA. Berikhtiar secara maksimal, lalu bertawakal kepadaNYA, adalah salah satu bentuk kepatuhan kita kepadaNYa dalam menjemput rejeki.
Jadi, bagi saya…Tidak (Usah) Lagi Khawatir, hanya akan menjadi wacana saja, jika masih bergelut dengan keluh kesah, resah dan lalai dalam menyisihkan sebagian harta yang saya miliki, lalu hanyut dalam gemerlap kenikmatan dunia yang melenakan. Dan Akhirnya kita menjadi pribadi yang Kufur…Naudzubillah…
Karena juga, Kefakiran maupun kekayaan, sama-sama akan membawa kita kepada kekufuran, jika dalam dua kondisi tersebut kita Lupa Kepada Allah. Kondisi fakir dan kaya, manusia jika Lupa kepada Allah bisa menjadi pencuri atau Koruptor kelas kakap bahkan…Namun akan menjadi utama, jika dalam Fakir kita bersabar, dan dalam kaya kita bersyukur. Perlu diyakini bahwa dengan mengingat Allah kita akan menjadi tenang, tentram dan bersabar
Jadi tidak (usah) Lagi Khawatir, Karena Allah Itu dekat.