“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
Judulnya gak kreatif mungkin, tapi memang saya belum pernah merasakan cinta kepada manusia (lagi) sampai cinta itu bertasbih, agak susah membayangkannya atau bahkan mendeskripsikannya. Mungkin manusia dengan derajat ketakwaan yang sangat tinggi akan mampu merasakan cinta kepada Allah hingga cintanya bertasbih, tapi tidak untuk manusia lagi sepertinya.
Kisah Masa Lalu
Terinspirasi kemarin, saat seorang tamu datang, usianya kira-kira 65 tahun, Bapak S, saja saya sebut beliau. Usianya sudah tidak muda lagi, tapi postur tubuhnya masih tegap, sorot matanya tajam. Ini kali kedua dia berkunjung, setelah kemarin siang juga datang, kali ini pembicaraan kami lebih dalam lagi, karena beliau menceritakan masa lalunya, tapi sekaligus memberi wejangan tentang kisah masa lalunya, agar saya bercermin…
Panjang dialog kami, tapi tergambar jelas perjalanan hidupnya, pada masa muda seorang Jawara di kota Bandung, seorang yang tidak takut kepada siapapun, bahkan apapun di muka bumi ini kecuali takut kepada Tuhannya, paling tidak itu yang ia tuturkan, dalam pembicaraan tersebut saya bertanya, “apa yang membuat bapak mempunyai rasa tidak takut itu “, jawabnya singkat, “karena kedekatan dengan Tuhan !, matipun bapak tidak takut saat itu.” Kemudian lanjutnya lagi, “Apalagi sama manusia, sama setan sekalipun Bapak tidak takut .“
Godaan Setan
Mungkin karena terlanjur tidak takut dengan setan, Bapak S menuturkan pula bahwa ketidaktakutannya itu menjadikannya lengah. Ya, lengah dengan godaan setan, memang jenis makhluk yang satu itu takkan pernah menggoda manusia sampai dengan hari kiamat nanti. Tapi ternyata justru godaan itulah yang membuat hidupnya berubah 180 derajat.
Godaannya hanya sederhana ujarnya, “bapak saat itu punya keinginan untuk jadi orang kaya, semua kebutuhan bapak terpenuhi, tapi mungkin itulah titik lemah bapak yang disusupi oleh godaan setan. Sampai suatu saat bapak berdoa kepada Allah,” “Ya Allah, saat ini hamba ingin kaya secara dunia, maka kepada-Mu hamba memohon, dan biarkanlah ilmu yang hamba miliki ini hamba letakkan dulu sementara waktu, hingga terpenuhi keinginan hamba.”
“Hanya itu doa bapak saat itu, tapi…bapak ternyata salah besar, kejadian yang sampai saat ini bapak sesali. Semenjak saat itu hidup bapak berubah, dari yang takut kepada Allah, bapak menjadi sebaliknya, tidak takut dan sama sekali tidak menghiraukan adanya Allah.”
Mencari Kembali Masa Lalu
30 tahun keadaan itu berlangsung, Bapak S memang menyadari bahwa hidup masa mudanya tidak terlalu sesukses yang dia bayangkan, 30 tahun dia melupakan Tuhannya, begitu lama, hampir separuh hidupnya kini.
Kini saat usia sudah tidak lagi muda, saat jantungnya sudah di-sten, ketika badan sudah dimakan usia, kerinduannya akan masa lalu bangkit kembali. “Sekarang bukan lagi kehebatan atau ingin jago lagi seperti dulu yang bapak inginkan,” ujarnya. “yang bapak inginkan, bapak ingin kembali merasa dekat dengan Allah…, bapak sudah tua, sudah bau tanah. Tidak ada lagi yang bapak inginkan kecuali mencari bekal untuk mati.” Sambil menanyakan lagi nama saya (padahal ini ketigakalinya dia menanyakan nama saya), “arifin, (ini ketiga kalinya juga dia salah menyebutkan nama saya) harus bisa mengambil pelajaran, jadikan contoh.”
Malamnya setelah pertemuan itu, kembali saya hanya bisa merenung, meresapi kembali setiap kata dalam pembicaraan tadi. Apakah memang harus selama itu hingga seseorang harus kembali ke jalan-Nya ?. tentu saja bukan itu, karena dibalik perjalanan hidup seseorang, Petunjuk serta Hidayah Allah bisa datang kapan saja kepada setiap insan yang dikehendaki-Nya.
“Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS Az Zukhruf : 27)
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitulmakdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” (QS Al Baqarah : 142)
Iya kalau ternyata kita diberikan umur panjang oleh Allah, kalau tidak ? (Ya Allah mudah-mudahan sampai tulisan ini selesai Engkau masih memberiku umur untuk bernafas), kalau ternyata setelah membaca tulisan ini kita dipanggil-Nya, atau besok, lusa. Kita tidak pernah tahu, tapi yang pasti kita harus berfikir Allah Maha berkehendak, kapan pun Dia menghendaki, maka tak ada yang bisa menghalangi ketetapan-Nya. Bagaimana kalau ternyata juga sepanjang umur kita tidak memperoleh petunjuk dan Hidayah-Nya ? apakah dengan sisa umur sedikit kita akan menebus kesalahan yang sudah kita lakukan, dimana kesalahan itu kita lakukan lebih lama daripada sisa umur kita ?
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS Al Baqarah : 96)
“Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimang di dalam kesesatan mereka.” (QS Yunus : 11)
Bagaimana jika ternyata di sisa umur nanti, kita sudah tak mampu meminta ampunan kepada-Nya ?
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS An Nahl : 70)
Pada akhirnya, seiring dengan kepasrahan kepada-Nya, kita harus berupaya maksimal menyeret Jiwa dan raga kita untuk beribadah kepada-Nya. Karena panjang atau pendek umur kita, sudah menjadi ketentuan Allah yang telah tercatat dalam Kitab Kehidupan.
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (QS Al Fathir : 11)
Perjalanan Fana
Mempersiapkan bekal sebelum kembali berpulang, adalah sikap yang sangat tepat dan bijak untuk diri kita agar kelak kita selamat saat kembali kepada-Nya.
Hemm…jadi ingat almarhum Mbah Surip, (HaHaHA… I Love You Full), seorang yang konsisten dengan kesederhanaan, mungkin beliau sudah paham betul, bahwa semua yang dimiliki di dunia tidak akan pernah dibawanya ke alam baka, sehingga ketenaran dan rejeki yang diterimanya disikapi dengan bijak tanpa mempengaruhi pola hidupnya, walaupun Mbah Surip mengklaim alirannya Reggae, tapi apa yang dilakukan Mbah Surip dengan kesederhanaan adalah bentuk ajaran Tasawuf yang tidak tergoda dengan tipu daya dunia. Lagi setelah Mbah Surip, seorang Maestro juga telah berpulang, WS Rendra, kebaikan dan karya-karyanya tentu akan terus dikenang sepanjang masa, karena kini Jiwa nya telah berpulang.
Kita tidak pernah tahu, bahwa kejadian setelah kematian nanti, apa yang akan terjadi dengan kita ? karena ternyata ketenaran, harta berlimpah tidak akan kita bawa menghadap-Nya, hanya saja bagaimana ketenaran dan harta yang kita miliki itu menjadi nilai ibadah bagi kita ? Ya betul, Amal ibadah kita selama di dunia lah yang kelak akan kita bawa nanti menghadap-Nya. Bahkan menemani kita di alam kubur nanti.
Ketika Nafas Bertasbih
Kembali ke Bapak S, apa yang dia ceritakan kemarin, perjalanan masa lalu, dimana saat kedekatan-Nya dengan Sang Kholik masih terjaga, senantiasa dia selalu mengagungkan Asma-Nya, hingga dia merasakan kedekatan dengan Allah, kini dengan sisa umur dan selagi masih diberikan nafas oleh-Nya. Ya memang saat ini dia sedang berusaha mengembalikan kenangan kedekatannya dengan Maha Pencipta, dia ingin agar setiap hembusan nafasnya tak pernah alpa menyebut nama-Nya, agar setiap hembusan nafasnya sampai akhir hayatnya tetap beriringan dengan kalimat Tasbih mengagungkan Kesucian-Nya.
Berbicara tentang nafas, sesuatu yang berhubungan dengan udara disekitar kita, yang berhubungan dengan oksigen yang kita hirup setiap saat tanpa terhenti sepanjang hidup kita. Memang sudah selayaknya kita syukuri dengan selalu mengiringi nafas kita dengan kalimat Tasbih, agar Oksigen yang kita serap senantiasa berbarengan dengan Dzikir kepada-Nya. Bayangkan jika udara disekililing kita dihentikan, walaupun hanya dalam hitungan detik, jika nafas kita tiba-tiba terhenti, maka tamat sudah riwayat kita di muka bumi ini. Tidak perlu 30 tahun lagi bagi kita untuk kemudian menyesali bahwa kita telah Lalai dalam mengingat-Nya, selagi kita masih diberi nafas, marilah kita ber Tafakur mengingat-Nya dalam setiap tarikan dan hembusan nafas kita.
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (QS An Nashr : 3)
Mudah-mudahan kita senantiasa mengingat-Nya hingga nafas kita tak berhembus lagi dalam tubuh kita. Amin…
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”(QS Ali Imron : 8 )