“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
“Sesungguhnya alam dapat memberikan kecukupan hanya dari segi jasmaniahmu, dan tidak memuaskan kamu dalam segi rohaniahmu.” (Ibnu Atha’illah)
Jiwa Anak Kecil
Siang tadi, melihat seorang anak kecil yang sedang menangis dipinggir jalan, meronta-ronta karena keinginannya tidak dipenuhi oleh Ibunya, anak kecil itu berusaha dibujuk oleh sang Ibu, dari mulai bujukan halus si Ibu, sampai sikap kesal si Ibu terhadap anaknya yang makin menjadi tangisnya. Sepertinya anak tersebut tidak peduli dengan sikap ibunya yang agak kikuk karena banyaknya orang yang siang itu memperhatikan tingkah anaknya. Salah satu sikap dan perilaku anak kecil yang sebetulnya seringkali saya jumpai, kebetulan juga pernah saya menonton acara “Nanny 911″ di metro TV, dalam beberapa kali tayangan saya melihat begitu banyak macam sikap anak-anak yang membuat orang tuanya terkadang sedikit frustasi. Ada Ibu yang terlihat dengan rambut yang kusut, rumah yang berantakan, anak-anaknya yang berlari kesana kemari tanpa mau diatur. Kadangkala, melihat tingkah anak kecil yang seperti itu, saya suka flashback mengingat kembali, apakah ketika kecil saya seperti itukah ?
Anak kecil, ibarat lembaran kertas putih, inilah yang menjadikan kepolosannya merupakan sifat yang ada dalam setiap jiwa anak kecil, sehingga peran besar Orang Tua dalam mendidiknya, turut menentukan dalam perjalanan hidupnya kelak. Dalam lembaran kertas Putih itulah, kita juga bisa menemukan tulisan Maha Pencipta, yang diberikan kepada Jiwa Anak kecil. Senyuman yang tulus, “memiliki keinginan tahuan” yang tinggi yang diungkapkannya dengan banyak bertanya tentang hal-hal yang baru ditemuinya, kejujuran, Menangis ketika terluka atau terjatuh dan berusaha bangkit kembali, mencoba hal-hal yang baru. Namun juga tidak jarang saya temui, beberapa sifat anak kecil, yang Menangis dalam memaksakan keinginannya, berebut mainan, egois dan tidak mau mengalah dengan teman sepermainannya, kadang juga kasar, tapi ada yang lembut juga, mencoba hal-hal baru tanpa memperhitungkan resikonya. Banyak sekali yang bisa diamati dari anak kecil, setidaknya itu yang saya lihat kalau sedang kumpul dengan keponakan2 saya yang lucu… .
Jiwa dan Raga, Kembar yang Terlahir kebumi
Tubuh kita mengalami proses pertumbuhan dari waktu ke waktu, begitu juga akal dan pikiran kita, namun tidak selalu demikian dengan Jiwa Kita. Manusia yang terlahir kedunia ini, sebelumnya sudah ditiupkan Ruh oleh Allah ketika dalam Rahim Ibunya, Ruh atau Jiwa yang ada dalam tubuh manusia inilah yang kemudian mengiringi perjalanan jasad manusia hingga akhirnya berpulang lagi ke tempat asalanya, yaitu negeri akhirat.
Secara sederhana saya memahami, bahwa kedatangannya dimuka bumi, jiwa dan jasad seperti dua orang anak kembar, memasuki alam yang sama sekali belum pernah mereka injak sebelumnya. Dan dalam proses perjalanannya inilah, terkadang kita lupa, bahwa keduanya juga memerlukan pertumbuhan. Jasad kita manusia, tumbuh untuk menjalani aktifitas selama di muka bumi, ia akan rusak ketika tanah sudah menguburnya, sedangkan jiwa yang berada didalamnya, ia justru akan memulai kehidupan yang baru yang abadi di negeri akhirat. Tentunya keduanya harus dipersiapkan sejak awal kelahirannya, hingga maut menjemput.
Agar Jasad atau tubuh kita tumbuh dewasa, asupan makanan yang telah disediakan oleh Allah dimuka bumi ini, adalah modal baginya untuk terus tumbuh kembang menjadi manuisa yang sempurna secara fisik. lalu apa makanan bagi jiwa agar ia juga tumbuh dewasa ?
Dalam sebuah majelis, saya pernah mendapatkan penjelasan tentang tiga jenis makanan yang masuk kedalam tubuh manusia.
Makanana melalui mulut, dengan alat pencernaan, makanannya ada dan jelas terlihat, juga dapat dibuktikan dengan organ pencernaan yang ada dalam tubuh manusia
Makanan melalui hidung, denagan sistem pernafasan, makanannya berupa udara atau oksigen, ada tidak terlihat, tetapi dapat dibuktikan, melalui alat organ pernafasan pada tubuh manusia
Makanan melalui sistem spiritual atau keagamaan, makanannya adalah Ibadah kepada Allah Swt, Iman, Dzikrullah, Taqarraub serta akhlak mulia yang meliputi hiasan rohani bagi manusia.
Tiga hal tersebut sebetulnya menjadikan jelas, bagi kita dalam berpikir untuk memilih mana yang sementara dan mana yang abadi. sehingga tidak ada lagi kebimbangan dalam diri, untuk tidak lagi mengabaikan makanan bagi jiwa.
Karena juga, dalam perjalanan hidup, kita akan senantiasa mengahadapi ujian dan masalah yang akan terjadi sepanjang kita masih bernafas. Adakalanya, jika jiwa kita tidak dewasa, maka muncullah sifat anak kecil dalam diri kita ketika menyikapi ujian atau masalah yang menimpa kita. Ketika diuji dengan kehilangan, baik materi, orang yang kita sayangi, maka sulit bagi kita untuk bersikap Ikhlash dan Sabar. Diuji dengan sakit, dan kesulitan, akan muncul keluh kesah, ketika diuji dengan kenikmatan, kita akan lupa bersyukur kepadaNYA. Banyak sekali contoh, yang saya alami, atau saya amati dalam kehidupan ini, Jiwa yang tidak dewasa akan kesulitan dalam menghadapi kejadian-kejadian tersebut. Ada sifat atau jiwa anak kecil yang memang perlu juga kita pelihara hingga dewasa, namun ada juga yang harus kita sesuaikan dengan perkembangan Raga kita sebagai manusia dewasa, Jika tidak seimbang antara jiwa dan Raga, maka yang terjadi, ibarat anak kecil menghadapi permasalahan orang dewasa, karena tentunya, semakin tinggi derajat ketakwaan kita, maka semakin tiggi pula ujian yang diberikan oleh Allah kepada HambaNYA.
Sebagai bahan renungan bagi saya juga, ketika saat ini dengan kondisi fisik yang sudah tua dewasa, bagaimana keseimbangan makanan jiwa yang sudah ada dalam diri ini, jika kita hidup sudah puluhan tahun, dalam sehari kita membagi jelas waktu makan bagi Jasad/fisik kita agar selalu sehat dan bugar, lalu bagi JIWA ? seimbangkah ? sementara Fisik akan kita tinggalkan bersama bumi yang hancur, dan jiwa akan kembali ke negeri akhirat untuk hidup abadi.
Laa Ilaaha Illaahu Subahaanasy Syaafil Kaafii…