Imam Al-’Auza’i Rahimahullahu berkata : “Bersabarlah dirimu diatas sunnah, berhentilah sebagaimana mereka berhenti, dan katakanlah seperti apa yang mereka katakan serta cegahlah dari apa yang mereka cegah. Telusurilah jejak salafush sholeh”. (Syarhu ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 1/154 oleh Al-Lalika’i).
-Fadhilatus Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan :
“Penamaan salafiy, atsariy atau yang semisal dengannya, hal ini sesungguhnya suatu hal yang tidak ada asalnya. Kita menilai dari hakikatnya bukan dari ucapan, penamaan ataupun dakwaan belaka. Terkadang ada orang mengatakan dia salafiy padahal dia bukan salafiy, dia atsariy padahal dia bukan atsariy. Terkadang pula ada orang yang (benar-benar) salafi atau atsari namun ia tidak pernah mengatakan dirinya atsari atau salafi. Karena itu penilaian itu dari hakikatnya bukan dari penamaan atau dakwaan belaka…” (Pengajian Syarh Aqidah ath-Thohawiyah, 1425 H, dinukil dari Kasyful Khola`iq karya al-Ushaimi)
-Fadhilatus Syaikh juga berkata :
“Maka tidak ada perlunya kamu mengatakan “aku salafiy”, “aku atsariy”, “aku ini” atau “aku itu”. Namun yang wajib atas kalian adalah mencari kebenaran dan mengamalkannya untuk meluruskan niat. Hanya Alloh swt-lah yang mengetahui hakikat keadaan sebenarnya.” (sumber yang sama).
-Syaikh Abdus Salam bin Qasim al-Husaini as-Salafy di dalam kitabnya Irsyadul Barriyah ila Syar’iyyatil Intisab Lis-Salafiyyah menyebutkan ciri-ciri salafy sebagai berikut :
1. Menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup dalam segala perkara.
2. Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat nabi, terutama dalam masalah aqidah.
3. Tidak menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah (misalnya: banyak mukjizat yg tidak “masuk akal”, karenanya jika kita menjadikan akal diatas segala-galanya maka kita akan sesat, buktinya bukankah dalam kesenian debus ada orang yang tidak mempan dibacok senjata tajam, bukankah akal tidak bisa menjelaskan kenapa bisa begini) .
4. Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid ibadah (Seruan hanya Allah satu-satunya Dzat yang berhak disembah).
5. Tidak berdebat kusir dengan ahli bid’ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari mereka.
6. Berantusias untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur’an dan sunnah sesuai pemahaman salafush sholeh.
7. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dalam bidang ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan hingga merekapun terasing.
8. Tidak fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur’an dan sunnah.
9. Memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari kemungkaran.
10. Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik dia seorang muslim atau non muslim.
11. Membedakan antara ketergelinciran ulama ahli sunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid’ah.
12. Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.
13. Berdakwah dengan cara hikmah.
14. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus meyakini bahwa umat ini tidak akan menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.
15. Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah (membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang menempel kepadanya seperti syirik, bid’ah, hadits-hadits lemah dan lain sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam bidang tauhid).
Dan seterusnya…
-Adapun akhlak salafiyin adalah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syaikh Samir Mabhuh al-Kuwaiti di dalam risalahnya yang berjudul Hiyas Salafiyyah fa’rifuuha :
“Mereka adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling banyak bersikap lembut, lapang dan tawadhu’-nya. Mereka adalah yang paling bersemangat berdakwah menyeru kepada akhlak yang mulia dan amal yang paling bagus, dengan wajah yang ceria, menyebarkan salam, memberikan makan, menahan marah, menghilangkan kesusahan manusia, mendahulukan kepentingan kaum muslimin dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Mereka senantiasa mengerahkan daya upaya di dalam menolong mereka, bersikap lembut dengan fakir miskin, bersikap kasih sayang terhadap tetangga dan kerabat, lemah lembut dengan penuntut ilmu, menolong dan berbuat kebajikan kepada mereka, berbakti kepada orang tua dan ulama dan memelihara kedua orang tua (di waktu tuanya).
-“Tidak diragukan lagi bahwa syariat Islam datang dengan memperingatkan dari sikap ekstrim di dalam beragama, dan memerintahkan untuk berdakwah ke jalan al-Haq dengan hikmah, pelajaran yang baik dan diskusi dengan cara yang lebih baik. Walau demikian tidaklah hal ini berarti meniadakan sikap tegas dan keras yang pada tempatnya apabila kelemahlembutan dan diskusi dengan cara yang lebih baik tidak bermanfaat lagi.” (Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawwi’ah III:204 oleh Imam Ibnu Bazz).
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Shahabat bertanya : ‘Siapakah gerangan yang enggan itu ?’ jawab Beliau, orang yang ta’at kepadaku dia masuk surga dan yang durhaka kepadaku maka sungguh dialah orang yang enggan itu.” (HR. Bukhary 7280)
Dari Abu Huroiroh radliallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang dengannya. Yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Al Hakim 1/93 dan Beliau menshahihkannya) Hadits ini memiliki banyak penguat.
Dari Irbadl bin Sariyah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Barangsiapa di antara kalian yang hidup nanti maka dia akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing sepeninggalku, pegangilah sunnahku dan gigitlah dengan geraham-geraham kalian.” (HR. Abu Dawud 4607, At Tirmidzy 2676, Ibnu Majah 440 dan Ahmad 4/126 dengan sanad yang shahih)
Ubay bin Ka’ab a berkata, ” Ikutilah oleh kalian sunnah Rasulullah dan janganlah kalian membikin kebid’ahan…..”
(Riwayat Muhammad bin Nasher Al Marwazy dalam As Sunnah (2 dan Ibnu Wadldloh dalam Al Bida’ (17)
Az Zuhry rahimahullah berkata, “Berpegang teguh dengan sunnah adalah keselamatan” (riwayat Al Lalikaiy 15)
Abul Aliyah rahimahullah berkata, “Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnah nabi kalian dan apa yang dijalani oleh para Shahabat “. (riwayat Abdur Rozzaq dalam Al Mushonnaf 20758, Al Marwazy dalam Sunnah 8 dan Lalikaiy 17)
Al Auza’iy rahimahullah berkata, “Kita berjalan bersama dengan Sunnah kemanapun dia berjalan.” (riwayat Al Lalikaiy 47)