Kisah Hidup Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ibnu Jibrin
Ya Subhanallah…dihari dilahirkannya Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam (sebagaimana pendapat kebanyakan ahli sejarah) dan dihari wafatnya juga, telah wafat juga pada hari sama seorang yang mulia Syaikh kami, Al Allamah Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin.Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam wafat disaat dhuha di hari senin,sedangkan Syaikh kami wafat disaat dzuhur dihari senin bertepatan dengan 20 Rajab 1430H…seolah-olah ini suratan tersamar bagi umat agar bersabar atas musibah ini. Karena jika perginya Syaikh adalah musibah besar, maka wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tentu lebih besar lagi.Maka siapapun yang merasakan musibah ini,hendaklah ingat akan Rasulullah ‘alaih sholatu wassalam.
Betul, bahwasannya para ulama adalah pewaris para Nabi,dan musibah kehilangannya adalah musibah besar.Bukan sebab dzat tubuhnya,namun karena sebab hilangnya ilmu bersamaan wafatnya mereka.Anas radhiallahu ‘anhu menceritakan: Berkata Abu Bakar kepada Umar setelah wafatnya Rasul shalallahu ‘alaihi wasalam ,”Pergilah dengan kami mengunungi Ummu Aiman,kita kunjungi dia sebagaimana Rasulullah shalallah ‘alaihi wasalam biasa mengunjunginya.Pada saat keduanya sampai ,Ummu Aiman menangis kemudian mereka berdua berkata padanya ,”Apa yang membuat engkau menangis?” Apa yang disisi Allah adalah kebaikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam!! Maka berkatalah Ummu Aiman :”Saya tidak menangis karena tidak tahu bahwa apa yang disisi Allah adalah kebaikan bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam,tapi saya menangis karena wahyu telah terputus dari langit!!Maka menangislah Abu Bakar dan Umar bersama Ummu Aiman
Wanita sederhana ini merasakan berharganya wahyu ilahi,maka bagaimana kita tidak merasakan nilai para ulama yang mereka laksana bintang dilangit…juga perhiasan di dunia.Kematian mereka adalah keretakan sebagaimana ucapan Al Hasan Al Bashri rahimahullah :”Mereka berkata kematian ulama keretakan dalam islam,tidak dapat menambalnya sesuatupun sepanjang pergantian siang dan malam”
Sesungguhnya kami semua menangisi kepergian guru kami,Syaikh Ibn Jibrin..Kami memangisi ilmu yang hilang bersama kami,kami menangis seorang yang mulia,kami menangisi ketawadh’uan beliau yang luar biasa,kami menangisi kezuhudan dan takwanya,kami menangisi tabir kecongkakan di wajah para ahli syubhat dan syahwat dengan kepergian Syaikh
Aku tidak pernah lupa kajian-kajian Syaikh di Jami’ul Kabir sebelum robohnya tempat itu sekarang
Aku tidak pernah lupa tatkala aku hendak mencium kepalanya,beliau meletakkan tangan kanannya dipundakku untuk menahanku agar tidak melakukannya.Bahkan menahan kebanyakan dari dari tholabul ilmi ..
Aku tidak pernah lupa sikap beliau bersama Al Allamah Abdurrahman Al Barrak,mereka berdua berebut ingin mencium kepala satu sama lain,dengan penuh kerendahan hati dan kasih sayang…
Aku tidak pernah lupa bantuan-bantuan beliau kepada banyak ulama dan para pelajar dengan tandatangan beliau yang dapat membantu menyelesaikan keperluan-keperluan mereka..
Bagaimana aku lupa dengan sebuah Daurah Ilmiah yang diselenggarakan di Masjid Jami’ Al’Izz bin Abdissalam dimana diantara pengisinya adalah Syaikh Ibn JIbrin rahimahullah,beliau tiba disana sebelum para pelajar datang dan terkadang kami duduk bersama beliau hingga datang sejumlah pelajar ilmu kemudian barulah dimulai pelajaran Kitabul Iman dari shahih Bukhari!!Beliau tidak gundah dengan sedikitnya yang hadir…Beliau tinggal di selatan kota Riyadh sedangkan kami tinggal di sebelah timur selama sepekan penuh saat itu
Aku tidak pernah lupa rumah beliau yang ramai, tatkala aku berkunjung setelah shalat ashar ,dan aku mendapati banyak orang disana terus bertambah satu demi satu..masing-masing mereka memilki keperluan pribadi….dan Syakh menghadapi mereka dengan dada yang lapang dan penuh perhatian!!
Aku tidak pernah lupa Syaikh yang pergi dari satu mesjid ke mesjid lain untuk menyampaikan ceramah ilmiah dan para tholabul ilmi mengikutinya kemana Syaikh berpindah…beliau melakukannya tanpa mengeluh atau bosan dari awal siang sampai akhir siang!!
Aku tidak pernah lupa akan kepala beliau yang sesekali tertunduk-tunduk ,sampai aku katakan didalam hati mungkin Syaikh mengantuk hingga tertidur tanpa beliau rasa.Padahal tertunduknya Syaikh,sedang berusaha membenarkan bacaan muridnya.Apabila sebelasai muridnya membaca matan kitab, dilanjutkan menjelaskan syarah nya dengan hapalan beliau yang luar biasa kuat..hingga kami merasa ajaib akan banyak nya pelajaran yang beliau isi serta berbagai jenis cabang ilmu …aku katakan didalam hati kapan Syaikh Jibrin dapat menghadirkan ingatannya pada semua pelajaran beliau, padahal semuanya dimulai dari subuh sampai sore hari!!
Aku tidak pernah lupa beliau berbicara dan mengulas sejumlah nash-nash syar’iy serta bait-bait sastra dengan hapalannya seolah -olah beliau melihat secara langsung dengan matanya kemudian memilih apa yang hendak dinukil atau tidak sekehendaknya.
Kami menyaksikan bahwasannya Syaikh telah menghabiskan waktunya untuk dakwah kepada Allah dan mengajar berbagai ilmu di pelosok negeri yang berkah ini ditimur maupun di barat…dan kami tidak mensucikan seseorangpun dihadapan Allah.Ya Allah ganjarlah kami dalam musibah ini dan gantikanlah dengan kebaikan ..ampunilah Syaikh kami ini dan tempatkanlah di surgamu yang luas Ya Rabbil Alamin!
Sumber :Makalah berjudul Al Allamah Ibn Jibrin Faqidul Ummah oleh Syaikh DR.Muhammad bin Abdullah Al Habdan.
http://www.direktori-islam.com/