Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Shirot adalah jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam
untuk dilewati orang-orang yang beriman menuju Surga. Jembatan ini
dibentangkan setelah orang-orang kafir dan musyrik dilemparkan ke
Neraka. Jadi, orang-orang kafir dan musyrik tidak melewati shirot ini
sama sekali.
Pembagian Cahaya
Kaum muslimin rahimakumullah, setelah orang-orang mukmin dan
munafiq meninggalkan padang Mahsyar, tibalah mereka di suatu tempat
yang gelap, sebelum melintasi shirot. Di tempat ini Allah ‘Azza wa Jalla membagikan cahaya pada mereka. Lalu mereka melintasi shirot dengan cahaya yang Allah berikan kepada mereka.
Di antara mereka ada yang cahayanya seperti gunung, ada yang seperti
pohon kurma, dan ada pula yang mendapatkan cahaya lebih kecil daripada
itu. Mereka diberikan cahaya sesuai dengan amal mereka di dunia. Ada
yang mendapatkan cahaya hanya pada ujung jempol kakinya, terkadang
menyala dan terkadang padam lagi. Kalau cahayanya sedang menyala, ia
melangkahkan kakinya, dan apabila padam maka ia tegak berdiri di atas
shirot. (Tafsiir Ibnu Katsiir, Surat al-Hadid : 12-15)
Apakah Orang-Orang Munafiq Mendapatkan Cahaya?
Ada perbedaan pendapat di antara para Ulama kita tentang masalah ini.
Pendapat pertama,
tidak dibagikan cahaya sedikitpun
kepada orang-orang munafiq. Orang-orang yang beriman diberikan cahaya,
sedangkan orang-orang munafiq dibiarkan berada dalam kegelapan,
sebagaimana mereka dulu di dunia berada dalam kegelapan dan jauh dari
cahaya hidayah.
Barangsiapa yang tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah Ta’ala, niscaya ia tidak memiliki cahaya sedikitpun. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ (40)
“Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nuur: 40)
Pendapat kedua,
Allah membagikan cahaya kepada orang
mukmin dan orang munafiq. Namun ketika mereka berada di atas shirot,
Allah segera menarik kembali cahaya orang-orang munafiq, baik laki-laki
maupun perempuan. Pendapat kedua inilah yang nampaknya lebih kuat. Wallahu Ta’ala a’lam.
Ketika orang-orang beriman melihat cahaya orang munafiq diambil kembali, maka mereka merasa ketakutan dan berdo’a kepada Allah Ta’ala:
رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا… (8)
“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami..” (QS. At-Tahriim: 8)
Orang-orang munafik tidak punya cahaya lagi sama sekali dan berusaha
merebut cahaya orang-orang beriman. Mereka berkata kepada orang-orang
yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian
dari cahayamu.” Orang-orang mukmin menjawab: “Kembalilah kamu ke
belakang dan carilah sendiri cahayamu (di tempat pembagian cahaya).”
يَوْمَ يَقُوْلُ الْمُنَافِقُوْنَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوا
انْظُرُوْنَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُوْرِكُمْ قِيْلَ ارْجِعُوْا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوْا نُوْرًا
فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُوْرٍ لَهُ بَابٌ
بَاطِنُهُ فِيْهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13)
“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami
dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada mereka):
“Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu
diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al-Hadiid: 13)
Orang-orang mukmin terus melanjutkan perjalanan di atas shirot,
sementara itu orang-orang munafiq tertinggal di belakang. Lalu Allah Ta’ala
menciptakan dinding pagar yang memiliki pintu, untuk memisahkan
orang-orang mukmin dari orang-orang munafiq. Setelah semua orang yang
beriman sampai pada dinding itu dan masuk melalui pintunya, maka
pintunya ditutup rapat sehingga yang tertinggal hanyalah orang-orang
munafiq di belakang yang diliputi kegelapan, kebingungan dan adzab. (Tafsiir Ibnu Katsiir, untuk surat al-Hadiid: 12-15)
Gambaran Shirot
Shirot berada di atas Neraka Jahannam. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ
“Kemudian didatangkan jembatan (shirot) lalu dibentangkan di atas permukaan Neraka Jahannam.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6886)
Yang diijinkan melintasi shirot pertama kali adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umat beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَأَكُوْنُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنْ يُجِيْزُهَا
وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ الرُّسُلُ،
وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ: الَلَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ.
“Aku dan umatku yang pertama diijinkan melewati shirot, dan
ketika itu tidak ada seorang pun yang berbicara kecuali para Rasul. Do’a
para Rasul ketika itu adalah: “Ya Allah, selamatkanlah… selamatkanlah…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6885).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shirot, maka beliau menjawab:
دَحْضٌ مَزِلَّةٌ، فِيْهِ خَطَاطِيْفُ وَكَلاَلِيْبُ وَحَسَكٌ
تَكُوْنُ بِنَجْدٍ فِيْهَا شُوَيْكَةٌ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ،
فَيَمُرُّ الْمُؤْمِنُوْنَ كَطَرْفِ الْعَيْنِ وَكَالْبَرْقِ
وَكَالرِّيحِ وَكَالطَّيْرِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ،
فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَمَخْدُوْشٌ مُرْسَلٌ وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Shirot adalah tempat yang licin lagi menggelincirkan. Di atasnya
terdapat besi penyambar, besi-besi pengait, serta pohon berduri yang
besar. Ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najed,
yang biasa disebut pohon Sa’dan. Orang-orang yang beriman melewatinya
laksana kedipan mata, ada pula yang seperti kilat, ada yang seperti
burung terbang, ada yang seperti kuda yang larinya kencang, dan ada pula
yang seperti unta. Ada yang selamat seratus persen, ada yang selamat
dengan kondisi lecet-lecet, dan ada pula yang ditenggelamkan di Neraka
Jahannam.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6886 dan Muslim, no. 269).
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ
“Telah sampai (kabar) kepadaku bahwa jembatan (di atas Neraka
Jahannam) itu lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam dari pada
pedang.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 269).
Bagaimana Mungkin Jembatan Seperti Itu Bisa Dilewati?!
Sesungguhnya perkara di Akherat tidak bisa disamakan dengan kejadian
di dunia. Sama sekali tidak ada yang mustahil dalam perkara ini karena
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tidakkah Anda memperhatikan Firman
Allah Ta’ala:
أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ
مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ (79)
“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang terbang di langit? Tidak ada yang menahannya selain Allah.” (QS. An-Nahl: 79).
Sungguh, sangat mudah bagi Allah Ta’ala menahan burung-burung itu berada di udara. Demikian pula sangat mudah bagi Allah Ta’ala menahan seorang mukmin berada di atas shirot yang tajam.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman diberikan cahaya sesuai dengan
kadar keimanan dan amal sholih mereka di dunia. Demikian pula mereka
berjalan di atas shirot, dalam hal cepat dan lambatnya ditentukan oleh
keimanan dan amal sholih mereka. Barangsiapa di dunia dulu cepat dalam
menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, yakni cepat dalam menerima apa
yang dibawa oleh Rasul-Nya, niscaya ia akan melintasi shirot dengan
cepat. Sebaliknya, siapa yang lambat dalam menerima apa yang dibawa oleh
Rasul-Nya, niscaya ia akan lambat pula dalam melintasi shirot.
Demikianlah Allah ‘Azza wa Jalla memberikan balasan dengan seadil-adilnya, sesuai dengan amal perbuatan hamba-Nya. (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, II/163).
Apakah Orang-Orang Beriman Ada Yang Jatuh Ke Neraka?
Tidak sedikit orang-orang beriman yang disambar besi-besi pengait
kemudian berjatuhan ke Neraka. Para pelaku dosa dilemparkan ke dalam
Neraka, tempat dimana orang-orang kafir diadzab di dalamnya. Hanya saja
adzab yang menimpa orang-orang mukmin di Neraka tidaklah sama dengan
orang-orang kafir.
Anggota sujud orang-orang beriman juga tidak akan disentuh api Neraka, karena Allah Ta’ala melarang api Neraka menyentuh anggota sujud orang-orang beriman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَأْكُلُ النَّارُ مِنْ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُوْدِ،
حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُوْدِ
“Neraka akan membakar seluruh anggota tubuh anak Adam, kecuali
bekas sujud. Karena Allah Ta’ala mengharamkan Neraka untuk membakar
bekas sujud.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6885 dan Muslim, no. 267)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin rahimahullah
mengatakan bahwa anggota sujud yang tidak disentuh oleh api Neraka
adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan
ujung-ujung kedua kaki.” (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, II/163).
Orang-orang beriman juga tidak kekal di dalam Neraka sebagaimana
orang-orang kafir. Mereka akan dikeluarkan kembali setelah beberapa
lama. Di antara orang-orang beriman, ada yang jatuh ke Neraka karena
dosa-dosanya lebih berat dibandingkan amal sholihnya. Mereka berada di
Neraka dalam waktu tertentu, kemudian dikeluarkan dari Neraka dengan
syafaat para Nabi. Ada juga yang dikeluarkan karena rahmat Allah ‘Azza wa Jalla, tanpa perantaraan syafaat Nabi, yakni bagi orang beriman yang tidak punya amal sholih sama sekali. (Ensiklopedia Kiamat, Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqor, hal. 544)
Muroja’ah : Ust. Aris Munandar, S.S., M.Ag.
Sumber : Buletin at-Taubah edisi ke-37
www.attaubah.com