Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman:
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ (133)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada
Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133).
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُوْنَ فِيْهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)
“Dan barangsiapa mengerjakan amal yang sholih, baik laki-laki
maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan
masuk ke dalam Surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (QS. Al-Mu’min: 40)
Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala, ayat yang mulia ini
menunjukkan bahwa kenikmatan Surga bukan hanya untuk orang-orang beriman
yang laki-laki saja. Akan tetapi, para wanita beriman pun akan
dimasukkan ke dalam Surga dan diberikan kenikmatan di dalamnya.
Seringkali kita mendengarkan pertanyaan: “Jika laki-laki di Surga
mendapatkan bidadari, lalu apakah yang didapatkan oleh wanita?” Benarkah
seorang istri akan berjumpa lagi dengan suaminya di dunia? Bagaimana
jika seorang wanita menikah lagi setelah suami pertamanya meninggal
dunia, apakah wanita itu kelak di akhirat akan menjadi istri bagi
suaminya yang terakhir?
Semoga tulisan singkat ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.
Istri Yang Sholih Akan Masuk Surga Bersama Suaminya
Apabila seorang mukmin memiliki istri yang sholihah, maka istrinya
akan masuk ke Surga bersamanya. Dan wanita itu akan tetap menjadi
istrinya di Surga. Allah Ta’ala berfirman:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ (23)
“(yaitu) Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang yang sholih dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan
anak cucunya…” (QS. Ar-Ra’d: 23).
Demikianlah orang-orang mukmin hidup di Surga bersama dengan
pasangannya. Dan seluruh penduduk Surga akan hidup bersama suami atau
istri mereka, dan tidak ada satu pun yang membujang (tidak menikah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ
“Dan di dalam Surga tidak ada orang yang membujang (tidak menikah).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5062).
Jika seorang wanita belum menikah di dunia dan dia adalah calon penghuni Surga, maka Allah Ta’ala
akan menikahkannya dengan seorang mukmin di Surga yang bisa
menyenangkannya. Demikian pula jika seorang wanita diceraikan oleh
suaminya di dunia, dan wanita ini adalah calon penghuni Surga, maka
Allah Ta’ala akan menjodohkannya dengan laki-laki Surga yang dikendaki-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bahwa jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah Ta’ala
akan menikahkannya dengan suami yang bisa menyenangkannya di Surga.
Maka kenikmatan Surga tidak terbatas pada kaum laki-laki saja, namun
untuk laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan Surga
adalah pernikahan.
Allah Ta’ala berfirman:
وَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ (71)
“Dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Zukhruf: 71)
Beliau rahimahullah mengatakan, “Kita ketahui bersama bahwa
perkawinan merupakan puncak dari apa yang diinginkan hati, dan itu
didapatkan di Surga dengan orang yang mendapatkan pasangaanya di dunia,
seperti firman Allah Ta’ala:
رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِيْ وَعَدْتَهُمْ
وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ (8)
“Wahai Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Surga ‘Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholih di
antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan
mereka semua…” (QS. Al-Mu’min: 8). (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219)
Jika Suami Tidak Masuk Surga
Jika seorang wanita termasuk penduduk Surga dan suaminya tidak masuk
Surga, maka ia akan dinikahkan dengan laki-laki di Surga yang belum
menikah.
Bisa juga ia dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu’ (sebanding)
dengannya, meskipun laki-laki itu sudah mempunyai istri lebih dari satu.
Sebagaimana Asiyah (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran, ibunya Nabi
‘Isa ‘alaihis salam, akan dinikahkan di Surga dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam karena memang tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsiir Ibnu Katsir, 4/495 pada surat at-Tahrim, Tafsiir al-Qurthubi, 18/170, dan Fathul Qodir, 4/231)
Hisyam ibn Khalid rahimahullah mengatakan, “Suami masuk
Neraka, namun istrinya masuk Surga, maka istrinya akan diwariskan kepada
ahli Surga sebagaimana istri Fir’aun diwarisi oleh ahli Surga.” (At-Tadzkiroh, 461 dan Faidhul Qadir, no. 7989)
Jika Wanita Menikah Lebih Dari Satu Kali
Pembaca rahimakumullah, jika seorang wanita sholihah
ditinggal mati suaminya, kemudian ia menikah lagi, maka dia untuk
suaminya yang terakhir, sebagimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَرْأَةُ ِلآخِرِ أَزْوَاجِهَا
“Istri itu untuk suaminya yang terakhir.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, 7/70, dan dinilai shohih oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata kepada istrinya, “Jika
engkau berkeinginan menjadi istriku di Surga, maka janganlah menikah
lagi setelah kematianku. Karena seorang wanita di Surga itu untuk
suaminya yang terakhir di dunia. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala
mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah lagi setelah beliau wafat,
dikarenakan mereka adalah istri-istri beliau di Surga.” (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Ummu Darda’, Hujaimah binti Hayy Al-Aushabiyyah radhiyallahu ‘anha ketika dilamar oleh Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, dia menolak dan berkata, “Saya mendengar Abu Darda’ mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَرْأَةُ فِي آخِرِ أَزْوَاجِهَا – أَوْ قَالَ : ِلآخِرِ أَزْوَاجِهَا
“Istri itu untuk suaminya yang terakhir”, maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Ada sebagian ulama kita yang berpendapat bahwa wanita itu untuk
suaminya yang paling bagus akhlaknya, atau dia disuruh memilih salah
satu diantara suaminya itu. Pendapat ini adalah pendapat yang bagus tapi
tidak ada dasarnya. Sedangkan hadits (yang artinya): “Ia untuk suami yang paling bagus akhlaknya..” maka ini adalah hadits yang dho’if (lemah). (Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158, Al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir: 460).
Mengapa Wanita Tidak Diiming-imingi Dengan Suami Di Surga?
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala mengiming-imingi kaum
laki-laki dengan menyebutkan bidadari dengan segala kecantikan dan
keindahannya. Kenapa untuk wanita, Allah tidak mengiming-imingi mereka
dengan laki-laki di Surga? Pertanyaan ini bisa dijawab sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لاَ يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُوْنَ (23)
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiyaa’: 23).
Akan tetapi, tidak ada masalah jika kita berusaha mencari hikmah dan
mengambil faedahnya. Dan diantara hikmahnya adalah sebagai berikut:
Pertama, sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah sifat malu. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala tidak mengiming-imingi mereka dengan sesuatu yang mereka merasa malu terhadapnya.
Kedua, sesungguhnya kerinduan laki-laki terhadap wanita tidaklah sama dengan kerinduan wanita terhadap laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ.
“Tidaklah aku tinggalkan sebuah fitnah (cobaan) setelahku yang
lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4706).
Kerinduan terbesar laki-laki adalah kepada wanita. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala menyebutkan ada isteri-isteri di Surga dengan segala keindahannya agar mereka mau mencari di sana. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَهُمْ فِيْهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ (25)
“Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci…” (QS. Al-Baqarah: 25)
Yakni suci dari segala macam aib dan kekurangan. Mereka disifati
dengan suci akhlaqnya, suci tubuhnya (tidak ada lagi haidh, nifas, air
ludah, atau bau yang tidak sedap), suci lisannya dan sangat sopan tutur
katanya, suci pandangannya (menjaga pandangannya dan hanya melihat
kepada suaminya saja), serta sempurna kecantikannya. (Diringkas dari Tafsiir al-Kariim ar-Rahmaan, surat al-Baqarah: 25).
Bahkan Allah juga menyediakan bidadari-bidadari yang cantik di sana,
yang sama sekali belum pernah disentuh oleh jin dan manusia.
Adapun wanita, maka kerinduan mereka adalah kepada perhiasan yang
berwujud pakaian dan perhiasan. Kerinduan mereka kepada perhiasan
mengalahkan kerinduannya kepada laki-laki.
Ketiga, Syaikh Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan para istri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari dan menginginkan hal itu, (bukan sebaliknya).” (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219).
Oleh karena itulah, dalam masalah melamar seorang gadis, apabila
gadis itu ditanya kemudian diam saja, maka diamnya itu adalah jawaban
setuju. Hal ini karena wanita itu memiliki tabiat berupa sifat malu.
Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan umat beliau sampai hari Kiamat.
Sumber : Buletin at-Taubah, edisi ke-40