
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kedelapan : Berusaha Memahami Ilmu Syar’i Yang Disampaikan
Dalam memahami pelajaran, manusia berbeda-beda keadaannya, ada yang
langsung tanggap dan memahami pelajaran yang disampaikan, ada pula yang
lambat. Namun kita harus senantiasa berusaha memahami dan memohon kepada
Allah agar diberikan pemahaman. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” [1]
Suatu nikmat dari Allah apabila kita diberikan pemahaman tentang
agama ini. Oleh karena itu kita harus ikhlas, diam, dan mendengarkan
dengan baik dalam menuntut ilmu syar’i sehingga -dengan izin Allah-
kita akan diberikan pemahaman tentang agama. Karena banyak di antara
kaum Muslimin yang disampaikan tentang agama Islam ini, namun mereka
tidak mengerti, maka bagaimana mereka dapat mengamalkan syari’at ini?!
Disamping itu kita juga harus berdo’a kepada Allah agar diberikan pemahaman tentang agama ini dengan pemahaman yang benar.
Diantara do’a Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ، وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ، وَزِدْنِي عِلْمًا
“Ya Allah berikanlah manfaat kepadaku atas apa yang Engkau
ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah kepadaku apa yang bermanfaat bagiku,
serta tambahkan ilmu kepadaku.” [2]
Juga do’a beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima.” [3]
Dan do’a yang lain:
اَللَّهُمَّ فَقِّهْنِيْ فِي الدِّيْنِ
“Ya Allah berikanlah pemahaman kepadaku dalam agama (Islam).” Pada asalnya do’a ini adalah doa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: bagi Ibnu ‘Abbas
radhiyallaahu anhuma dengan lafadz,
اَللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Ya Allah, berikanlah pemahaman kepadanya dalam agama (Islam).” [4]
‘Abdullah bin Mas’ud
radhiyallaahu ‘anhu pernah berdo’a:
اللَّهُمَّ زِدْنَا إِيْمَانًا وَيَقِيْنًا وَفِقْهًا
“Ya Allah, tambahkanlah kepada kami, keimanan, keyakinan, dan pemahaman (yang benar).” [5]
Orang yang diberikan pemahaman yang dalam tentang agama, benar dalam berkata, dan berbuat menurut petunjuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah diberikan kebaikan yang banyak.
Allah
Ta’ala berfirman,
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا
وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو اْلأَلْبَابِ (269)
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki,
barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya ia diberikan kebaikan yang
banyak.” (QS Al Baqarah: 269)
Kiat memahami Pelajaran yang Disampaikan [6]
- Mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru.
Hal ini agar ia dapat mendengarkan dengan baik, tidak tercerai-berai
(pendengarannya) karena suara gurunya yang kecil, dan agar ucapan guru
tidak terdengar salah karena keberadaanya yang jauh dari gurunya.
Dahulunya para penuntut ilmu saling berlomba-lomba agar dapat menempati
tempat yang paling depan agar manfaat yang diperoleh lebih sempurna.
- Memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman.
Hal ini merupakan buah dari majelis ilmu. Apabila seorang murid
lengah dari bacaan seorang murid yang brpengalaman atau penjelasan
gurunya, maka manfaat yang dia dapatkan sangat sedikit dan
masalah-masalah Dalam pelajaran menjadi rancu baginya.
- Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran.
Bersungguh-sungguhlah untuk mencatat faedah dan hal-hal penting dari
pelajaran karena ia adalah kesimpulannya dan kelezatannya yang
terkemas.
- Tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan.
Hal ini dapat mempersempit untuk memperoleh manfaat ilmu, baik untuk dirimu maupun kawan-kawanmu.
- Tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama.
Yang paling baik adalah ia menekuni membaca satu kitab -atau ringkasan- kepada satu orang guru yang
mutqin (yang ahli dan hafalannya baik) agar dapat memperoleh manfaat yang sempurna.
- Mengulang pelajaran setelah kajian selesai.
Yaitu dengan mengulang kembali pelajaran yang telah diperoleh dari
guru dengan melihat kitab asli dan faedah-faedahnya serta
masalah-masalah penting yang telah engkau catat dari guru. Boleh juga
dengan berkumpul bersama teman untuk
mudzakarah, muraja’ah, dan mengadakan tanya jawab.
- Bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Sungguh telah dikatakan, “Ilmu memanggil-manggil amal. Jika
menyahutnya (ia akan mendekat) dan jika tidak, maka ia pun pergi.” [7]
- Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Ahmad, IV/92, 95, 96, al-Bukhari, no. 71, 3116, 7312, dan Muslim, no. 1037, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma.
- Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no.3599) dan Ibnu Majah (no. 251, 3833) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohiih Ibni Majah, no. 3091 dan Shohiih at-Tirmidzi, no. 2845.
- Diriwayatkan oleh al-Humaidi (I/143 no. 299), Ahmad (VI/322), Ibnu Majah (no. 295), Ibnus sunni dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah (no. 110) dan an-Nasai- dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah (no. 102), dari Ummu Salamah radhiyallaahu Anha. Hadits ini dishohihkan oleh al-Albani dala Shohiih Ibni Majah, no. 753.
- Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 143, Fat-hul Baari I/244, dan Muslim, no. 2477.
- Atsar shohih. Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Imam Ahmad dalam as-Sunnah (I/368, no.797) dan al-laalikai dalam Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jami’ah, no. 1704. Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan sanadnya shohih dalam Fat-hul Baari, I/48.
- Dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal ‘Ilmi, hal. 28-30.
- Iqtidhaa’ al-‘Ilmi al-‘Amal, no. 40, 41; dan Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, I/707, no. 1274
Sumber :
Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, hal. 84 – 87, penerbit Pustaka At-Taqwa.
www.attaubah.com