“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
Hari Jum’at Kemarin, seperti biasa sebelum masuk mesjid saya selalu melihat di papan pengumuman, siapa yang menjadi Imam/Khotb Jum’at dan Muadzin nya. Namun ketika melihat tulisan yang jadi muadzin disitu tertulis “Muadzin/Bilal”. Saya teringat sewaktu masih kecil, mesjid ditempat saya dulu, selalu mengumumkan untuk muadzin itu dengan istilah Bilal…
Bilal sendiri sebetulnya di ambil dari nama seorang Shahabat Rasulullah, Beliau termasuk dalam golongan orang-orang yang pertama memeluk agama Islam.
Sebetulnya kisah Bilal itu sendiri saya baru baca ketika saya SMA dulu, buku mengenai 60 shahabat Rasul yang ditulis oleh khalid Muhammad Khalid
Bilal bin Rabah, seorang Hamba Sahaya keturunan Habsyah atau Ethiopia, berkulit hitam, yang menjadi hamba sahayanya Umayah bin Khalaf.
Awal sebuah Ujian
Bilal yang diketahui memeluk agama islam, oleh Abu Jahal dan Umayah bin Khalaf, disiksa bersama hamba sahaya yang lainnya, termasuk ibu dan adik perempuannya…Bahkan Sumayah gugur sebagai Syuhada pertama dalam Islam dikarenakan Perutnya ditusuk oleh tombak hingga menembus punggung oleh Abu Jahal.
Penyiksaan yang dilakukan kafir Quraisy itu dilakukan kepada Bilal dan keluarganya.
Saat Terik padang pasir menyengat, tubuhnya yang tanpa pakaian diseret
dan di arak oleh para pemuda kaum kafir quraisy mengelilingi kota lalu
di bawa ke Padang PAsir yang PAnas dan dipakaikan baju besi, agar
tersiksa oleh panasnya gurun pasir yang akan terasa seperti dalam perapian,
Lecutan demi lecutan cambuk juga dilayangkan agar kembali menyembah
latta dan Uzza dan meninggalkan ajaran Muhammad.
Ummayah adalah yang paling sering menyiksa Bilal, dengan menindihkan
batu panas ke dada bilal yang tidak terbalut pakaian, tidak hanya itu,
Bilal juga dicambuk oleh para algojonya di punggungnya...
Namun Bilal hanya menyeru Ahad...! Ahad...! Ahad...!
Ucapan Bilal yang diucapkan dengan keyakinan, dan kesabaran yang luar
biasa itu semakin membuat siksaan yang diterimanya semakin berat.
Pertolongan Allah
Hingga Akhirnya sahabat Abu Bakar ra, memerdekakan Bilal bin Rabah, bahkan bukan Hanya Bilal yang dimerdekakan oleh Beliau, Umm Ubays, Zinnirah (yang karena disiksa matanya menjadi buta), Abu Fukayyah, Amir bin Fuhayrah, Hammamah (Ibunda bilal bin Rabah) serta banyak lainnya termasuk Nandiah saudara perempuan Bilal bin Rabiah.
Karena budi baiknya itulah Abu Bakar memperoleh Gelar Wahib Al Hurriyyat yang berarti pemberi kebebasan. (Semoga Allah Merahmatinya).
Langkah Abu Bakar tersebut juga menyelamatkan muka Abu Jahal dan Umayah dari rasa malu, karena mereka telah berputus asa, sebagai seorang yang berpengaruh diantara kaumnya, mereka dikalahkan oleh teguhnya keimanan seorang hamba sahaya yang tidak berdaya, dan tak mampu merubah keyakinan seorang Bilal Bin Rabah yang Notabene seorang Hamba Sahaya berkulit Hitam.
Ada beberapa Hal yang harus kita fikirkan dari kejadian tersebut, yaitu buah kesabaran dalam mempertahankan aqidah dan menghadapi Ujian dari Allah Swt.
Pertolongan Allah itu amat dekat bagi orang-orang yang sabar
Allah akan senantiasa bersama orang-orang yang sabar, sehingga, jangan sekali-kali kita membatasi kesabaran kita, karena berarti kita membatasi Keberadaan Allah bersama kita.
Allah tidak melihat fisik yang rupawan atau cantik jelita, tapi yang dilihat adalah kecantikan hatinya, yang teguh dan sabar
cobaan yang datang, adalah sebagai ujian dari Allah untuk menaikkan derajat seseorang, Termasuk Bilal, seorang hamba sahaya yang mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah dan rasul-Nya
Ketika kita belum memperoleh suatu ujian dari Allah, maka kita harus semakin mempertebal keyakinan kita kepada-Nya, agar ketika kelak ujian itu datang, kita sudah meneguhkan keimana kita kepada-Nya
Semakin bertambah kuat keimanan seseorang, maka akan semakin hebat ujian yang diterima.
Ujian yang diberikan oleh Allah, bukan semata-mata Allah membenci kita, tetapi justru karena Allah akan meninggikan derajat kita, dalam sebuah Riwayat Rasulullah memanggil Bilal, dan berkata “Wahai Bilal, aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu.”
Ujian sebenarnya bukan sebuah masalah atau sebuah bencana, dan kita patut mensyukurinya.
Kekayaan, pangkat dan jabatan, bisa jadi bukan sebuah kenikmatan, tapi sebuah Ujian dari Allah Swt.
Dan perlu diketahui bahwa semasa hidupnya, Rasulullah menjadikan Bilal sebagai Muadzin, yang mengumandangkan adzan kepada Umat Muslim. Juga, semasa hidupnya, Bilal mengalami hal-hal berikut,
Menyaksikan Abu Jahal dan Ummayah bin Khalaf yang mati tersungkur oleh pedang kaum Muslimin pada saat Perang Badar
Saat Futuh Mekah Bilal diminta Rasulullah untuk mengumandangkan Adzan di atap Kabah, yang didengarkan oleh Ribuan Umat Muslim, dan kaum Quraisy yang baru masuk Islam, diantaranya terdapat orang-orang yang menyiksa Bilal juga. Adzan yang dikumandangkan ditempat dimana Bilal pernah menjadi seorang Hamba Sahaya dan disiksa dengan tanpa perikemanusiaan. Bahkan al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”
Al-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”
Saat Rasulullah Wafat, Bilal bin Rabiah yang mengumandangkan Adzan, walaupun beliau tidak sanggup meneruskannya karena kesedihan ditinggal sang Kekasih Allah.
Kisah Yang Harus kita Renungkan…
Kisah tersebut, mungkin sudah seringkali kita dengar atau kita baca, namun apakah kita sudah memaknai buah kesabaran serta menjadikannya bukan hanya sebuah kisah belaka. karena kesabaran adalah bukan sebuah wacana, kesabaran adalah sebuah perilaku dan perbuatan.
Di Jaman sekarang ini, penyiksaan secara terang-terangan mungkin akan mendapatkan penentangan dari banyak pihak, namun sadarkah kita, bahwa penindasan terhadapa aqidah dan keyakinan kita justru datangnya tidak terasa oleh kita, dengan adanya Ghazwul Fikri, yang secara lambat laun menggeser iman dan islam kita, keteguhan dan kesabaran yang kita hadapi juga harus teruji, keimanan kita juga harus teruji. Karena merugi orrang-orang yang tidak memperoleh ujian dari Allah, tentunya dengan pemikiran yang jernih, kita harus pandai mencermati, apa ujian yang diberikan oleh Allah kepada kita saat ini, dan bersabarkah kita dalam menghadapinya, sejauh mana kesabaran itu ?
Silahkan Kita jawab sendiri-sendiri melalui sebuah perenungan diri…
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS AL Imron 3 :142)
Wallahu’alam…