“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
Suatu hari saya mendapati salah satu keponakan saya berbohong, yang dia lakukan saat diketahui kesalahannya itu, dia menangis, sebagai upaya untuk mempertahankan diri agar tidak kena teguran, sekaligus penyesalan atas apa yang dilakukannya… Namun yang menarik dari kejadian tersebut adalah , sebelum menangis, ekspresi yang tersirat diwajahnya adalah Sikap malu, dengan menutupi sebagian wajahnya, dan senyum yang agak meringis . Lalu kemudian dia menangis, setelah tersadar bahwa perbuatannya itu salah.
Ya…Malu, Pernahkan kita merasa malu karena sebuah kesalahan yang kita lakukan didepan teman sahabat, atau rekan kerja kita…? Saya Pernah, disengaja atau tidak disengaja kesalahan itu, sikap itu terlintas begitu saja, sangat manusiawi menurut saya. Namun jika kita tafakuri, sesungguhnya rasa Malu itu seharusnya juga kita mampu rasakan secara Vertikal, yaitu Malu kepada Allah Swt, atas segala kesalahan yang kita Lakukan.
Bagi seorang mukmin, Beriman kepada Kepada Allah adalah satu dari rukun Iman yang harus kita tegakkan, juga beriman kepada Sifat-sifat dan AsmaNYA, lalu jika Kita tahu bahwa Allah itu,
Maha Mendengar, Sudahkah kita mengimaniNYA dengan menjaga Lisan kita
Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati HambaNYA, sudahkah kita MengimaniNYA, dengan menghilangkan segala penyakit hati yang ada dalam Jiwa kita…
Maha Melihat, sudahkah kita MengimaniNYA dengan merasa bahwa gerak-gerik kita senantiasa diawasiNYA ?
Saya, Pribadi, belum sanggup menuliskan sebanyak kalimat AsmaNYA dengan bentuk keimanan yang ada dalam hati…Tapi marilah kita sama-sama berdialog dengan Jiwa kita, kita sama-sama belajar, dan saling mengingatkan bahwa hakekat dari semua ibadah kita kepadaNYA, mampu kita tegakkan tanpa ada keraguan lagi akan Janji dan AncamanNYA, tanpa lagi lalai dalam MengingatNYA…
Malulah kepada Allah jika kita larut dalam pujian, jika ternyata kita masih jauh Dari prasangka orang, karena Allah mengetahui awal dan akhirnya hidup kita…
Malulah kepada Allah, karena semua keimanan kita belum diikuti dengan langkah yang konkret, dan merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki , sementara belum terbukti kita akan senantiasa istiqomah di JalanNYA hingga akhir hayat…
Malulah kepada Allah, jika kita hanya mampu banyak berkata-kata namun sedikit dalam berbuat…
Malulah ! Jika kecintaan kepadaNYA hanya manis di bibir, namu perbuatan jauh dari ketaatan kepadaNYA
Malulah kepadaNYA akan semua dosa-dosa kita yang kita sadari, namun tidak segera bertobat…
Malulah kepada Allah, karena itu akan mendatangkan Kebaikan…
Karena Malu dan Keimanan adalah pasangan, maka sempurnakanlah, jangan pisahkan keduanya, kuatkanlah dengan senantiasa mengingatNYA dalam hati kita….