“Sesungguhnya di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik maka seluruh tubuhnya akan baik. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim dan Baihaqi)
Sederhana tapi kadang tak terpikirkan…Itu yang terlintas dalam pikiran saya, ketika Om Nh mengusulkan kalimat Tag Line saya menjadi Sebuah Cermin Diri…
Lebih Menohok katanya…Thanks ya Om…
Banyak diantara sahabat yang memilih blog sebagai sebuah curahan pemikiran, sebagai sarana berbagi kebaikan dan hikmah, dan banyak lagi tentunya…
Bagi saya pribadi, blog menjadi sebuah catatan, menjadi sebuah curahan perenungan saya, agar saya mampu berkaca dengan apa yang saya tuliskan, kalau yang dituliskan tentang kebaikan, mudah-mudahan itu akan menjadi rambu-rambu bagi saya untuk tidak melanggar apa yang saya tuliskan. Dan jika saya menuliskan tentang keburukan sekalipun yang di benci oleh Allah, maka saya harus mampu menjadikannya sebagai cambuk, agar saya mampu untuk menghindarinya.
Bicara tentang perenungan, seorang kawan yang ternyata membaca beberapa tulisan saya, berpikir bahwa saya sudah berubah dengan banyak merenung…dalam pandangannya, orang yang banyak merenung, berarti tidak lagi seimbang dalam dalam hidupnya, bahkan terkesan meninggalkan kehidupan duniawinya…
Ehm, pemahaman yang kurang tepat menurut saya, karena lain apa yang saya rasakan. Dalam aktifitas duniawi, dan aktifitas fisik yang kadangkala cukup padat, sebuah perenungan sejenak, adalah aktifitas mental yang dapat merefresh lagi hati dan akal pikiran saya…
Merenungkan apa yang terjadi dalam hari ini, merenungkan setiap kesalahan yang sudah kita lakukan, merenungkan sejauh mana kita sudah berubah menjadi lebih baik…karena saya sadari, ketika kita banyak mengingat-mengingat kesalahan-kesalahan kita, tentunya akan membangkitkan komitmen untuk memperbaki diri dan menjadi lebih baik setiap harinya, biarlah sejenak melupaka segala kebaikan yang sudah kita lakukan, karena tentunya itu jika kita lakukan dengan Ikhlas, Allah sudah menugaskan para Malaikat untuk mencatatnya, namun jika kita lalai dalam “menghisab” atau memeriksa diri kita sendiri, maka akan sulit kita untuk menghindarinya kelak….karena, kadangkala perubahan kebaikan atau keburukan dalam diri kita, tidak terasa…seperti tumbuhnya kuku atau rambut dalam tubuh kita…
Dengan banyak memeriksa diri, yang dirasakan adalah kita akan mampu memikirkan hal-hal baik yang sederhana sekalipun, yang tidak terpikirkan dalam kesibukan duniawi kita…
Terinspirasi dari seorang kawan juga, ketika banyak orang “melist” daftar kebaikannya…ia malah membuat daftar kesalahannya setiap harinya…
Berapa banyak hari ini saya lalai dalam bersyukur atas nikmatNya
Berapa banyak hari ini saya lalai meningat Allah dalam setiap tindakan saya
Berapa kali saya hari ini menunda-nunda waktu shalat saya
Siapa saja hari ini yang saya sakiti dengan ucapan saya
Apakah hari ini saya sudah mengajak orang kepada kebaikan…
dst…
Begitu rinci dan detail yang dituliskannya. Ketika saya tanyakan, kenapa…jawabnya ya, biar saya lupa dengan segala kebaikan yang sudah saya lakukan, agar kalimat “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” tidak hanya dibibir saja, tapi diresapkan dalam hati, juga dilakukan dalam perbuatan.”
Merenung, dan menafakuri diri, adalah menyeimbangkan aktifitas raga dan jiwa kita, dan tentunya perenungan yang akan lebih nikmat adalah, ketika diiringi dengan banyak mengingatNya, dengan Dzikrullah sebanyak mungkin…agar hati kita juga mendapatkan petunjukNya dalam setiap langkah menuju ke arah pribadi yang lebih baik…
“Bagaimana mungkin saya menginginkan perubahan yang lebih baik dalam diri ini, padahal saya sendiri tidak pernah memikiran kebiasaan diri ini dan merenungkannya…”