KISAH TELADAN SYAIKH MUHAMMAD BIN SHOLIH AL UTSAIMIN
Syaikh Utsaimin Yang Kukenal
Bismillahirrahmanirrahim.Segala puji hanya milik Allah, kami memuji, meminta pertolongan, memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Kami memohon perlindungan kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kami serta amalan kami.Siapa yang Allah beri petunjuk, maka tiada yang dapat menyesatkannya.Aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah yang berhaq diibadahi kecuali Allah saja,tiada sekutu bagi Nya.Dan aku bersaksi bahwasannnya Muhammad adalah utusan Allah,kekasih serta makhluk terbaikNya.Semogat shalawat atas beliau,keluarga dan sahabat serta orang-orang yang mengikutinya dengan ihsan hingga hari akhir.Amma ba’du :
Kisah para ulama dan orang-orang sholih terdahulu sangat berpengaruh dalam menghidupkan hati dan ruhani. Kisah mereka ini termasuk dari apa yang Allah sebutkan dalam firmanNya :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِي الأَلْبَابِ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. ( QS Yusuf 111 )
Oleh karena itu, mempelajari kisah-kisah para salaful ummah adalah obat terbaik bagi hati.
Ayyuhal ikhwah..
Kisah para salaf banyak memberi faedah bagi siapa saja yang mau mempelajarinya. Telaah kisah-kisah mereka sangat berpengaruh bagi jiwa dalam meneladani dan mengambil petunjuk dari kehidupan mereka. Karena dalam kisah mereka terdapat pengejawantahan langsung dari apa yang mereka bawa berupa petunjuk dan kebenaran.
Abu Hanifah rahimahullah berkata,” Kisah para ulama lebih aku sukai daripada banyak pelajaran fiqih“. Hal ini lantaran dalam kisah itu terdapat gambaran akhlaq dan adab mereka. Oleh karena itu setelah Allah menceritakan kisah para nabi kepada Nabi Muhammad, Allah kemudian berfirman,
أُولَـئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ
Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka ( Al An’am:90)
Dalam syair disebutkan :
Tirulah mereka seandainya engkau tidak bisa menyamainya.
Karena meniru orang-orang mulia adalah sebuah keberuntungan
Ayyuhal ikhwah..
Hal terbesar yang akan dirasakan oleh seseorang setelah membaca kisah para ulama adalah ia akan membandingkan kesholehan dan keilmuannya dengan mereka. Sejarah para ulama merupakan alat ukur untuk menimbang kebaikan seseorang, untuk membandingkan keistiqomahan pengamalan seseorang terhadap al qur’an dan sunnah.
Khamdun an Nasaiburi berkata,” Barangsiapa yang menengok kisah para salaf ia akan mengetahui kekurangan dan ketertinggalan derajatnya dari mereka.”
Ayyuhal ikhwah..
Sejarah para imam tidak hanya terbatas pada kelahiran dan kematian mereka, atau kejadian-kejadian penting dalam hidupnya, karena hal ini biasa dialami oleh kebanyakan menusia. Bukan ini yang akan mendatangkan hikmah dan faedah. Karena hal-hal itu akan dialami oleh setiap dari kita. Akan tetapi yang terpenting adalah sisi keteladanan yang dapat kita lihat dari pribadi dan sejarah mereka. Hanya saja, sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan untuk mengawali sebuah kisah adalah dengan sedikit menerangkan keadaan mereka terkait dengan kelahiran, kematian dst.
Ayyuhal ikhwah..
Sekarang saya akan bercerita tentang syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin-rahimahullah-. Beliau lahir pada malam 27 Ramadhan 1347 H dan meninggal pada hari Rabu 15 Syawal 1421 H dikota Jeddah. Beliau disholatkan pada hari Kamis setelahnya dan dimakamkan di pemakaman Adl. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga. Dan semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik bagi umat ini yang telah kehilangan imam besarnya.
Ayyuhal ikhwah..
Suri tauladan yang terdapat pada diri para imam dan ulama tidak terbatas pada salah satu sisi kehidupannya saja. Akan tetapi mereka tak ubahnya sebagaimana perkataan seorang syair
Dia ibarat lautan darimanapun engkau mendatanginya.
Engkau lihat kebaikan sebagai lautnya dan kebajikan sebagai pantainya.
Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin-rahimahullah- adalah salah satu dari para imam dan para ulama. Beliau ibarat hujan yang membawa kebahagiaan bagi manusia. Tatkala bersama, mereka mengambil manfaat darinya. Ketika pergi, bekasnya masih tetap bersama mereka.
Ayyuhal ikhwah..
Teladan yang diberikan oleh Syaikh begitu banyak dan bermacam-macam. Beliau adalah contoh bagi dunia sebagai orang yang mengamalkan ilmunya dalam perkara-perkara kecil ataupun besar. Iapun sebagaimana perkataan imam Syafii’ rahimahullah :
Orang Faqih adalah dia yang faqih dalam pengamalannya.
Bukanlah faqih orang yang hanya bisa berkata-kata.
Demikianlah keadaan Syaikh. Keteladanannya terpancar dari segala sisi kehidupannya. Aku mengambil sisi-sisi yang kulihat sangat penting untuk diperhatikan dan diambil manfaatnya bagi para penuntut ilmu pada khususnya dan bagi kaum muslimin pada umumnya.
Syaikh Utsaimin dan Kitabullah
Syaikh Utsaimin sangat rajin dalam membaca al Qur’an. Beliau sangat bersemangat dalam memurajaah al qur’an dalam rangka mengamalkan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Musa al Atsary,
تعاهدوا القرآن، فوالذي نفسي بيده لهو أشد تفلتاً من الإبل في عقلها
Jagalah Al qur’an. Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, sesungguhnya ia lebih mudah lepasnya daripada onta yang ditambatkan. (HR BUKHARI, kitab Fadhoilul Qur’an bab Istidzkarul Qur’an wa taahaduhu nomor 5033 )
Beliau mengkhatamkan al Qur’an dua kali dalam sebulan selain bulan Romadhon. Pada bulan Romadhon beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari. Jika padat kesibukannya, beliau menyelesaikannya dalam 10 hari.
Diantara wasiat beliau yang kuhafal adalah barangsiapa yang memiliki hafalan al qur’an hendaklah memurajaahnya dipagi hari. Ini adalah wasiat berharga yang telah teruji dari seorang alim bagi siapa saja yang mau mencobanya. Barangsiapa yang memiliki hafalan al qur’an dan membacanya setiap hari, cobalah dilakukan pada awal hari. Ini akan sangat membantunya dalam mendapatkan kembali hafalannya. Beliau biasa memurojaah al Qur’an dalam perjalanannya ke masjid, pagi dan sore harinya. Beliau selesaikan sisanya diawal waktu dhuha’.
Ayyuhal ikhwah..
Bacaan al qur’an seorang ulama tidaklah sama dengan bacaan orang selainnya. Tidaklah bacaan mereka sebagaimana yang disampaikan Ibnu Mas’ud,
لا تنثروه نثر الدقل، ولا تهذوه هذ الشعر، قفوا عند عجائبه وحركوا به القلوب
“ Janganlah kalian membacanya dengan cepat-cepat seperti membuang-buang kurma yang jelek, dan jangalah kalian baca seperti syair. Berhentilah pada tempat-tampat yang menakjubkan dan gerakkan hati kalian padanya.
Syaikh termasuk orang yang membaca al qur’an dengan tadabbur dan memahami tafsir-tafsirnya. Bacaan beliau adalah bacaan yang disertai dengan penghayatan. Beliau berhenti pada tempat-tempat yang selayaknya seorang pembaca al qur’an berhenti. Hal ini dikuatkan dengan penyampaian beliau pada tausiah dan wasiat-wasiat beliau.
Wasiat lain yang kuhafal dari beliau adalah terkait surat al An’am. Beliau berkata,” Kebanyakan menusia membaca al Qur’an dengan terburu-buru dan tidak memperhatikan tempat-tempat berhenti. Kami mempelajari ini (tempat-tempat berhenti dan bacaan tadabbur) dari Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah. Beliau berhenti pada tempat-tempat tertentu. kami keheranan karena pada saat itu kami biasa membaca dengan terus.”
Orang yang mengetahui Syaikh Utsaimin dan mengetahui bagaimana bacaan sholatnya termasuk bacaan tarawihnya, tentu akan mengetahui ini dengan sebenarnya. Semangat beliau dalam mengkhatamkan al Qur’an tidak menyebabkan beliau membaca sambil lalu tanpa tadabbur.
Syaikh selalu membaca al qur’an dengan mentadabburinya. Beliau selalu senang kepada para qori yang membaca al qur’an dengan tadabur. Sebagai contoh adalah bacaan syaikh Abdurrahman sudais. Beliau mengagumi bacaan Syaikh Abdurrahman Sudais karena bacaannya yang penuh penghayatan dan berhenti pada tempat-tempat yang selayaknya seorang pembaca al qur’an berhenti padanya.
Bersambung….
=========================================================
Ayyuhal ikhwah..
Apabila kita melihat kehidupan Syaikh bersama Al qur’an, sungguh Al qur’an telah mewarnai kehidupan beliau. Perilakunya adalah hasil penjabaran al qur’an, Amal dan akhlaqnya adalah pengamalan dari apa yang telah diwasiatkan dalam al qur’an.
Aku selalu ingat perkataan Aisyah kepada Said bin Hisyam bin Amir tatkala bertanya kepadanya,” Wahai Ummul Mukminin, kabarkan kepadaku tentang akhlaq Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam.” Aisyah berkata,” Tidakkah engkau membaca Al Qur’an ?” Said menjawab,” Tentu.” Aisyah berkata,” Akhlaq beliau halallahu ‘alaihi wasalam adalah Al Qur’an.”[1]
Aku melihat Syaikh bersegera untuk menerapkan hadits Aisyah ini pada dirinya. Beliau menerapkan Al Qur’an pada perkataan, perbuatan dan pergaulannya.Bukti sisi ini begitu banyak tak terhitungkan. Aku akan sebutkan beberapa bukti kisah yang masih melekat dihatiku tentang perkara-perkara yang sebagian orang dianggap berat akan tetapi tidak bagi beliau.
Suatu ketika aku pergi bersama Syaikh ke Ma’had Ilmi dalam sebuah muhadharah yang beliau akan sampaikan. Tatkala kami keluar, ada penjaga ma’had yang bersemangat dalam menyambut kedatangan Syaikh ataupun kepulangannya. Tatkala Syaikh pergi, diapun berdiri di pintu dengan muka yang berseri. Ia melepas perginya Syaikh dengan lisan dan tangannya sehingga ia mengucapkan salam perpisahannya sambil melambaikan tangannya. Waktu itu Syaikh yang berada di sisiku menoleh kepadanya. Syaikh membalas orang tadi dengan isyarat yang serupa. Beliau kembali menoleh kepadaku dan berkata,
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[2]
Sungguh makna seperti ini tercermin dari kehidupan seorang alim, perkara yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Suatu ketika kami memasuki suatu majlis yang telah ada beberapa ikhwah didalamnya. Syaikh mengucapkan salam kepada salah seorang ikhwah dengan suara yang jelas sebagaimana kebiasaan beliau dalam menyebarkan salam. Ikhwah tersebut lantas membalasnya, akan tetapi dengan suara yang sangat pelan. Hal ini lantaran tabiat ikhwah tersebut yang malu-malu untuk mengeraskan suaranya. Syaikhpun berkata kepadanya,”Keraskan suaramu ! Allah berfirman:
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)
Saudara-saudaraku yang terhormat
Masih dalam kisah Syaikh Muhammad bin Sholeh al Utsaimin dan Al qur’an, suatu ketika beliau mendatangi suatu daerah yang aku tinggal disana. Sudah menjadi kebiasaan apabila beliau pergi ke suatu daerah yang didalamnya terdapat kerabat atau orang yang beliau kenal, pasti beliau akan menghubungi mereka sebelumnya dan memberitahukan kepentingannya. Hal ini beliau lakukan sebagai bentuk perhatian beliau kepada mereka.
Pada satu saat beliau datang dan tidak memberitahuku. Setelah sampai, beliau baru menghubungiku dan memberitahukan kedatangannya. Akupun berkata kepadanya,” Semoga keselamatan senantiasa Allah berikan kepadamu, mengapa engkau tidak memberitahuku sebelumnya?” Dari konteks bahasaku, beliau dapat merasakan kekecewaanku. Beliaupun lantas berkata,”
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf[3]
Ayyuhal ikhwah..
Hal ini menunjukkan perhatian dan tingginya adab beliau sehingga membahagiakan orang yang bergaul dengannya. Inilah prinsip yang selalu beliau jaga dan terapkan dalam kehidupan nyata. Yaitu tidak membebani manusia melebihi kebiasaannya.
Barangsiapa yang mau bersikap seperti itu, menerima manusia apa adanya tanpa menuntut apa yang diluar kemampuannya, tentu ini akan membuat dia dan orang yang bergaul dengannya merasa bahagia.
Saudara-saudaraku yang terhormat
Pada suatu hari kami bersama Syaikh kembali dari berkunjung ke tempat ikhwah. Kamipun berbincang-bincang ringan kesana kemari. Aku berkata kepada Syaikh sebelum beliau turun dari mobil tentang firman Allah
وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
…. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana[4]
Beliaupun langsung menoleh kepadaku sebelum membuka pintu mobil sambil berkata,” Perhatikanlah ! firman Allah …. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi…disebutkan Al Qur’an dalam bentuk jumlah ismiyah untuk menjelaskan bahwa selamanya kalimat Allah itu lebih tinggi dibandingkan kalimat selainnya.”
Ayyuhal ikhwah..
Apakah kita termasuk orang yang menghayati makna itu ditengah-tengah bacaan kita, tatkala kita mendengar kalamNya ? sungguh hal ini jarang terjadi dikalangan tholibul ilmi apalagi selain mereka.
Salah satu sisi yang patut dicermati dari kehidupan beliau bersama al Qur’an adalah bahwa beliau senantiasa mengamalkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.[5]
Dalam hadits ini Nabi menjelaskan keutamaannya dan Nabi adalah orang yang paling dahulu mengamalkannya dalam belajar dan mengajarkan Al Qur’an.
Syaikh adalah orang yang memasukkan pengajaran al Qur’an pada pelajaran-pelajaran di jami’ahnya. Bahkan beliau sangat bersemangat untuk mencantumkan ayat-ayat al Qur’an dalam pelajarannya di Haramain. Beliau sering mengingatkan para penuntut ilmu akan kewajiban dalam merujuk pada tafsir ayat karena sangat bermanfaat. Inilah yang sering dilupakan para penuntut ilmu. Mereka lebih perhatian terhadap cabang-cabang ilmu lainnya. Padahal yang demikian itu pada hakekatnya mereka telah melupakan pokok dan sumber ilmu itu sendiri. Sebagaimana firman Allah:
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu[6]
Ayyuhal ikhwah..
Syaikh adalah orang yang menerapkan hal tersebut pada dirinya. Beliau adalah orang yang sangat perhatian terhadap halaqoh-halaqoh al Qur’an. Bukan saja halaqoh yang ada didalam negerinya akan tetapi setiap halaqoh yang beliau ketahui keberadaanya. Perhatian ini beliau wujudkan dalam bentuk dukungan, keterlibatan langsung ataupun dengan bantuan materi.
Jamiah Tahfidzul Qur’an yang ada dikota Unaizah adalah salah satu bentuk perhatian dan peran beliau yang besar. Beliaulah yang mendirikan dan mengelolanya secara materi maupun non materi. Beliau berusaha untuk mewujudkan tujuan yang telah dicanangkan oleh Ma’had. Perhatian beliau tidak saja terbatas pada kepengurusan lembaga akan tetapi beliau ikut terlibat langsung dalam kegiatan majlis dengan para siswanya, baik dalam pertemuan-pertemuan kecil apalagi pertemuan tahunan dalam rangka wisuda kelulusan siswa.
Kami sering mendengar suara beliau dari menara-menara masjid saat menyertai siswa dan anak-anak beliau yang sedang menyelesaikan juz atau sebagian dari kitabullah.
Ayyuhal ikhwah..
Sungguh kisah tentang syaikh dan kehidupannya bersama al Qur’an sangatlah panjang. Cerita diatas hanyalah ringkasan saya dari kisah-kisah itu.
Sekarang marilah kita beralih pada point ke-2 yaitu “Kisah Kehidupan Syaikh Utsaimin Dengan Sunnah Nabi”.
Bersambung…………….
——————————————————————————–
[1] Muslim : kitab sholatnya musafir dan sholat qosor, bab barangsiapa yang tidur atau sakit hadits ke 746
[2] QS.An Nisa ayat 86
[3] QS.Al A’raf ayat 199
[4] QS.At Taubah ayat 40
[5] Bukhari : Kitab Fadhoilul Qur’an bab Khoirukum man taalamal qur’an wa ‘allamahu. Hadits no 5027
[6] QS Al Ankabut : 49