Syaikh Utsaimin rahimahullah dan Hajat Manusia.
Ayyuhal ikhwah..
Syaikh senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk bisa bermanfaat bagi manusia dan ternyata hajat manusia terhadap beliau begitu besar. Meski demikian, beliau selalu bersegera untuk dapat memenuhinya dalam rangka mengamalkan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Umar[1]
من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته
“ Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.”
Apabila engkau mendatangi Syaikh untuk memenuhi kebutuhanmu dan beliau melihat adanya kebaikan untuk memenuhinya baik secara khusus maupun umum, tentu anda akan mendapati beliau sebagaimana yang dikatakan sebuah syair :
ولا شاكٍ إليك من الكلال
مطيع في الحوائج غير عاصٍ
“ Dia selalu memenuhi kebutuhan tanpa menolak, ragu-ragu atau merasa lelah darinya.”
Syaikh senantiasa memenuhi segala permintaan tanpa ada yang ditolak meskipun banyak. Oleh karenanya beliau diberi gelar oleh sebagian orang dengan “ Bapaknya orang-orang miskin”. Beliau senantiasa mengamati keadaan mereka dan mencari apa kebutuhan mereka. Syaikh menjadikan mereka tamu dirumah beliau, tidak merasa sungkan dengan mereka untuk duduk bersama. Diantara mereka ada yang buruk adab makannya, ada yang bersikap kurang sopan, bahkan ada yang sama sekali tidak beretika. Meskipun demikian beliau tetap berbaur dan duduk bersama mereka, beliau penuhi kebutuhan mereka dan berusaha untuk dapat membahagiakan mereka. Beliaupun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan membantu apa yang mampu beliau berikan kepada mereka.
Diantara bentuk lapang dada beliau dalam memenuhi kebutuhan manusia adalah membantu orang-orang yang kehabisan bekal perjalanan. Apabila beliau mengetahui ada orang –orang seperti itu, beliau akan bersegera untuk membantu.
Salah seorang Ustadz dari fakultas Aqidah bercerita kepadaku bahwa pada suatu malam mereka pulang dari salah satu pertemuan. Dalam perjalanan itu mereka mendapati seseorang yang mobilnya rusak. Maka Syaikhpun berkata kepada sang sopir,” Berhenti, mari kita lihat barangkali ia membutuhkan bantuan !” maka berhentilah rombongan itu. Setelah dihampiri, benarlah bahwa orang itu butuh orang yang dapat memperbaiki mobilnya. Merekapun akhirnya semua turun untuk membantu menghidupkan mesin mobil orang tersebut.
Diantara bukti kelapangan beliau bahwa Syaikh juga berusaha untuk membantu orang yang belum mampu melaksanakan kewajiban haji dengan memberikan harta secukupnya dan mengusahakan supaya mereka pergi bersama para penuntut ilmu. Dengan demikian, mereka dapat melaksanakan kewajiban itu dengan sempurna diatas petunjuk ilmu.
Ayyuhal ikhwah..
Diantara sisi yang nampak dari Syaikh adalah bahwa beliau adalah panutan dalam kezuhudan. Bahkan kita dapat memastikan bahwa jarang sekali orang yang memiliki sifat seperti itu. Kita dapati sifat zuhud ini dalam pakaiannya, kendaraan, majelis,makanan dan seluruh keadaan beliau. Selama lebih dari 60 tahun beliau tinggal di rumah yang dibangun dengan tanah karena sifat tawadhu’, zuhud dan qonaah beliau. Banyak sekali tawaran supaya beliau mau tinggal dirumah yang modern. Akan tetapi beliau tetap memilih tinggal dirumah yang sederhana sebagaimana kebanyakan orang atau dibawahnya.
Syaikh tidak sungkan-sungkan memakai kendaraan yang mudah didapat meskipun mengendarai mobil yang banyak kerusakannya. Apabila ternyata kendaraan itu mogok tatkala perjalanan ke masjid beliaupun ikut memperbaikinya baik dengan upah atau tidak.
Diantara contoh kezuhudan beliau adalah zuhud dalam hal pujian. Ini adalah perkara agung yang hampir tidak kita dapati pada kebanyakan ulama dan para penuntut ilmu zaman sekarang. Sungguh Syaikh dengan jelas membenci pujian. Sering wajah beliau memerah tatkala mendengar orang memuji atau menyanjung beliau. Syaikh telah memberikan contoh nyata yang tidak hanya terbatas pada ceramah-ceramah tentang dibencinya sanjungan setelah tidak ada orang yang menyanjung dia sebagaimana kebanyakan orang. Akan tetapi beliau sering memotong pembicaraan orang yang sedang menyanjung beliau sambil berkata,” Ini tidak benar, ini tidak benar” ,yaitu tidak dibenarkan berbicara seperti itu.
Sebagai contoh adalah apa yang terjadi pada suatu pertemuan, ada orang yang memberikan muqodimah dengan memperkenalkan beliau. Iapun berkata,” Syaikh adalah orang yang tidak butuh untuk diperkenalkan.” Syaikh pun berkata,” Ini tidak layak kecuali hanya bagi Allah. Sesungguhnya Allah yang tidak membutuhkan untuk dikenal. Adapun manusia, bagaimanapun keadaanya dia butuh untuk dikenalkan.”
Contoh lain adalah tatkala beliau pergi berobat ke Amerika dan terbatas hanya beberapa hari saja. Akan tetapi, beliau turut serta menghadiri berbagai acara kaum muslimin dinegeri itu. Diantaranya adalah muhadharah yang beliau sampaikan di sebagian masjid dan perkumpulan.
Di suatu masjid ada salah satu peserta yang berbicara banyak dengan syaikh. Diantara perkataannya adalah,”Kami sangat berterima kasih kepada Syaikh yang telah menghadiri undangan kami meskipun beliau sedang sakit keras.” Maka Syaikhpun berkata kepadanya,” Duduklah.” Beliaupun segera melanjutkan muhadharahnya. Ini beliau lakukan karena ketawadhuan beliau supaya dia tidak meneruskan sanjungan-sanjungannya kepada Syaikh.
Tatkala beliau tengah terbaring di rumah sakit ada seorang ikhwah yang mendatangi beliau dan berkata memuji-muji beliau. Ia bekata,” Sesungguhnya manusia berharap dan berdoa untuk kesembuhan anda. Mereka telah banyak mengambil manfaat dari anda dan mendoakan balasan kebaikan bagi anda.” Syaikh lantas berkata kepadanya,” diamlah..diamlah.” Syaikh menyuruhnya diam padahal dia adalah orang terdekat beliau.
Diantara bukti yang menunjukkan kezuhudan Syaikh adalah beliau berkata kepada salah seorang yang datang berkunjung kepada beliau di Unaizah untuk yang terakhir kalinya. Dia berbincang-bincang dengan Syaikh berbagai hal–dia telah menceritakan ini pada saya dan dia terpercaya- dia berkata,”Tatkala Syaikh Utsaimin sakit yang menyebabkan wafatnya, beliau berkata,” Demi Allah tidaklah dadaku terasa sempit atas hilangnya dunia- yaitu tidaklah aku merasa sedih apabila kehilangan sesuatu di dunia ini- akan tetapi yang aku khawatirkan adalah apabila aku bertemu dengan Allah ta’ala sedang aku tidak punya amalan kebaikan sama sekali.”
Syaikh telah menghabiskan umurnya, bekerja keras dengan jasmaninya dan mendermakan waktunya hanya untuk melayani umat. Sementara itu, beliau mengatakan,”Akan tetapi yang aku khawatirkan adalah apabila aku bertemu dengan Allah ta’ala sedang aku tidak punya amalan kebaikan sama sekali.” Lantas apa yang dapat kita katakan tentang diri kita? Kita berdoa kepada Allah semoga senantiasa memberi kita ampunanNya. Semoga Allah mengampuni dan merahmati Syaikh, menempatkan amalan beliau ditimbangan kebaikan, mengangkat derajat beliau keatas golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan orang-orang shalih, mempertemukan beliau dengan para Nabi, shiddiqin dan syuhada’ serta orang-orang shalih. Sesunggunya Allahlah penolong itu semua dan Dia Maha Kuasa untuk melakukannya.
Ayyuhal ikhwah..
Sisi kehidupan Syaikh sangatlah banyak. Aku menceritakannya secara ringkas pada 2 hal yang paling penting. Syaikh adalah imam yang selalu bersikap tengah-tengah (adil). Diantara keistimewaan Syaikh adalah apa yang Allah persaksikan tentang umat ini terkait sikapnya yang tengah-tengah dalam setiap urusannya. Allah berfirman[2],
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia…”
Syaikh adalah pribadi yang memiliki fitrah yang adil. Tidak hanya dari salah satu sisi pergaulannya saja, akan tetapi beliau pertengahan pada semua sisi kehidupan. Dalam perkataan, perbuatan, fatwa-fatwa, pendapat dan nasehat beliau. Semuanya kita dapatkan beliau menyukai dan selalu bersikap pertengahan. Beliau bukanlah orang yang suka melampau batas, melebihkan atau mengurangi. Adil menurut beliau adalah apa yang sesuai dengan Al qur’an dan sunnah.
Siapa saja yang mengaku telah berperilaku tengah-tengah atau adil akan tetapi diluar koridor Al Qur’an dan Assunah maka seolah ia tengah bertepuk dengan awan –tertipu-, hanya kerusakan yang akan dia dapatkan. Keadilan hanya terdapat pada petunjuk nabi. Apa yang Allah sebutkan dalam persaksiannya atas umat ini, sebaik-baik generasi,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia…”
Ayyuhal ikhwah..
Syaikh adalah orang yang memimpin manusia dalam menyerukan persatuan umat dan mencegah perpecahan. Beliau sering mewasiatkan hal itu. Ini adalah kebiasaan beliau disetiap nasehat dan tindakan beliau dalam rangka mengamalkan firman Allah,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai berai… [3]
شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” [4]
Syaikh selalu mewasiatkan murid-murid dan orang-orang yang mencintainya untuk selalu bersikap adil atau tengah-tengah.
Ada sekumpulan ikhwah yang agak tergesa-gesa dalam mensikapi sebagian perkara. Mereka mendatangi Syaikh pada waktu beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau. Mereka meminta wasiat kepada Syaikh sambil berkata,” Wahai syaikh berilah kami wasiat.” Syaikhpun mengingatkan mereka tentang perkara ini dan menekankan pentingnya sikap tengah-tengah, pentingnya bersatu dibawah naungan waliyul amri, bersatu bersama ulama dan menjauhi perpecahan dan perselisihan. Sampai-sampai salah seorang dari mereka mengatakan,”Aku menyangka Syaikh mengatakan itu karena dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu. Akan tetapi tatkala aku mendengar wasiat itu padahal beliau sedang dalam kondisi terbaring sakit diatas ranjang dan hampir menghembuskan nafas terakhirnya, maka akupun mengetahui bahwa beliau ikhlas mewasiatkan hal itu. Wasiat itu begitu menghujam pada jiwaku melebihi wasiat-wasiat lain.
Syaikh mewasiatkan murid-muridnya untuk selalu bersatu, perhatian terhadap ilmu, berkumpul bersama para ulama dan mengikis perpecahan.
Aku ingat wasiat terakhir Syaikh setelah beliau masuk rumah sakit. Yaitu untuk selalu memperhatikan para murid. Beliau telah mewasiatkan kebaikan pada mereka, berwasiat supaya bersatu dibawah bimbingan para masyayikh yang beliau angkat untuk menggantikan Syaikh dalam mengajar. Keduanya adalah Syaikh Abdurrahman Ad Dahsi dan Syaikh Sami as Suqair. Semoga Allah menguatkan hati mereka.
Syaikh selalu berusaha untuk menjauhkan segala sebab perselisihan baik dari kalangan murid beliau atau antar ulama atau antar manusia dengan ulama’ dan umara’nya. Beliau membenci pertengkaran. Apabila beliau ditanya seseorang dalam majelisnya, lalu orang tersebut menyebutkan nama pribadi dari kalangan ulama’, beliaupun menolak pertanyaannya. Karena hal ini dapat menyebabkan perpecahan dan dapat menimbulkan keburukan dikarenakan jawaban yang diberikan.
Ayyuhal ikhwah..
Syaikh adalah pemimpin secara umum. Ini semua adalah sisi kehidupan yang dapat aku ceritakan meskipun masih banyak sisi lain yang aku tinggalkan karena terbatasnya waktu. Hanya saja, sisi yang terpenting itu adalah bahwa Syaikh adalah pemimpin secara umum. Orang bisa menemui beliau kapan saja ia mau. Bisa sholat bersama beliau di masjidnya, bisa berbincang-bincang dengannya dan bisa memenuhi hajatnya. Beliau bisa dihubungi lewat telepon apabila orang tidak dapat sholat bersama beliau, dapat ditemui dihari Jum’at pada khutbah sholatnya.
Sebagai pemimpin, tidak ada jarak antara beliau dengan umat. Beliau selalu menghadiri acara bimbingan masyarakat dalam pertemuan bulanan, tengah bulan atau mingguan sesuai kemampuan. Sebagai contoh adalah :
Beliau memiliki agenda pertemuan mingguan bersama para hakim.
Beliau memiliki agenda pertemuan dengan para penuntut ilmu selain murid-murid beliau.
Beliau memiliki agenda pertemuan bulanan dengan para petugas penegak disiplin.
Beliau memiliki agenda pertemuan bulanan dengan para khotib
Bahkan beliau punya agenda pertemuan rutin dengan tukang sayur. Beliau duduk bersama para pedagang di pasar sayur. Beliau memenuhi kebutuhan mereka, menjawab bertanyaan mereka dan mengarahkan mereka sesuai dengan kebutuhan.
Agenda-agenda diatas belum termasuk kegiatan beliau bersama para ulama dan kalangan pemerintah dari berbagai tingkatan. Belum juga termasuk terlibatnya beliau dalam acara-acara bimbingan masyarakat dalam bentuk ceramah, pengajaran, musyawarah, pertemuan mu’tamar, siaran radio dan hubungan lewat telepon.
Syaikh telah berbaur dengan masyarakat secara penuh. Sampai-sampai kita bertanya bagaimana Syaikh memiliki waktu untuk keluarganya, bagaimana beliau masih memiliki waktu untuk meneliti dan mempelajari suatu masalah kemudian membedahnya, bagaimana pula beliau masih punya waktu untuk duduk memberikan pelajaran ? Itu semua adalah barakah yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya. Barokahlah waktu dan tenaga Syaikh sehingga Allah berikan sisi-sisi ini kepada beliau seluruhnya.
Kita berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung dan sifat-sifatNya yang mulia, Dialah dzat yang maha memberi dan pemurah, semoga Allah mengangkat derajat Syaikh menjadi golongan orang-orang yang diberi petunjuk.
Ya Allah ampuni dan berilah rahmat-Mu kepada Syaikh.
Ya Allah tempatkanlah ia di surga FirdausMu yang paling tinggi.
Ya Allah jadikanlah apa yang telah syaikh berikan untuk islam sebagai amalan yang dapat memberatkan timbangan kebaikannya. Sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah kami berdoa kepada-Mu semoga Engkau kumpulkan kami bersama Nabi kami shalallahu ‘alaihi wasalam di surga Adn pada majelis yang benar disisi Raja yang maha kuasa. Sesungguhnya Engkaulah penolong dan kuasa atasnya. Sholawat dan salam semoga tercurah untuk nabi Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Selesai.
——————————————————————————–
[1] Bukhari : Kitab al Madholimi wal Ghosbi, bab La yadhlimul muslimul muslim wala yusallimuhu hadits No 2442.Muslim : kitab al birri was shilah wal adab bab tahriimidh dzulmi hadits no 258
[2] QS Al Baqoroh 143
[3] QS Al Baqoroh 143
[4] QS Asy Syura 103